Crash Program 10.000 MW Pembangkit PLN Akan Hemat Rp 25-30 T Per Tahun

Senin, 24 April 2006 - Dibaca 18114 kali

''Penghematan itu diperkirakan akan dicapai pada tahun 2008. Syaratnya pelaksanaan program tersebut harus tepat waktu,'' ujar Menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro saat menjawab pertanyaan wartawan pada acara pertemuan dengan Forum Wartawan Dept. ESDM (FWESDM), Sabtu ( 22/4). Penghematan itu menurut Purnomo adalah "trade off" dari "crash program" tersebut.

Diuraikan oleh Purnomo, saat ini akibat TDL tidak naik maka dibutuhkan subsidi sebesar Rp 10 triliun per tahun. Sedang anggaran pengeluaran BBM untuk pembangkit PT PLN mencapai Rp 42 triliun per tahun. Besaran angka-angka inilah yang akan bisa diperkecil atau dihemat jika pembangunan pembangkit berbahan bakar batu bara dalam program percepatan bisa dilakukan pada jadwal waktu yang tepat.

Purnomo yang ketika itu baru saja mendampingi Wapres Yusuf Kalla ke China mengungkapkan bahwa telah diperoleh sejumlah kesepakatan dengan pihak China. Antara lain ada tiga perusahaan pabrikan dari China yang sepakat untuk terlibat dalam program percepatan pembangunan PLTU berbahan bakar batu bara tersebut.

Jika kontrak paling lambat bisa dilakukan bulan Agustus 2006, maka pada akhir tahun 1008 atau awal 2009 unit pertama pembangkit mulai bisa beroperasi. Menurut Purnomoyang dibutuhkan saat ini adalah pembangkit berkapasitas 600 MW dan pembangkit 300 MW yang totalnya mencapai 6200 MW.

Selain itu pihak China juga menyatakan kesediaannya dalam membantu pendanaannya. ''Saya berpendapat untuk pendanaan harus dicarikan yang memiliki "cost of money" yang paling rendah,'' ujar Purnomo. Ditambahkan saat ini tim yang dipimpin oleh Menneg BUMN Sugiharto tengah merampungkan naskah kerjasama ini dengan pihak China.

Berdasarkan penjajakan ke China, menurut Purnomo, pabrikan di China memberikan biaya pembangunan yang tergolong murah, yaitu sekitar 600 ribu dolar AS per MW. Padahal, umumnya di pasar dunia pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batubara saat ini mencapai 1 juta dolar AS per MW. ''Meski demikian, kami tetap membuka penawaran dari pihak lain,'' ujar Purnomo.

Bagikan Ini!