Partisipasi Pembuatan Kebijakan
Memperkuat Partisipasi dalam Pembuatan Kebijakan melalui Mekanisme yang Inovatif
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) meraih 3 penghargaan untuk Kategori II Gelar Inovasi Pelayanan Publik 2016: "Memperkuat Partisipasi dalam Pembuatan Kebijakan melalui Mekanisme yang Inovatif" sebagai berikut:
1. Wajib Latih Penanggulangan Bencana
Dalam penanggulangan bencana geologi, sumber ancaman berupa gempa bumi, letusan gunung api, maupun tsunami tidak bisa dicegah. Oleh sebab itu masyarakat perlu meningkatkan kemampuannya untuk mengantisipasi ancaman tersebut melalui program/kegiatan Wajib Latih Penanggulangan Bencana (WLPB).
Dalam jangka pendek, WLPB dapat menjadi strategi peningkatan kapasitas penanggulangan bencana masyarakat di Kawasan Rawan Bencana. Dalam jangka panjang, WLPB dapat dijadikan alat rekayasa sosial bagi terbentuknya masyarakat berketahanan terhadap bencana (community disaster-resilience) yang dicirikan dengan adanya budaya siaga bencana atau selalu menggunakan pertimbangan-pertimbangan risiko masuk akal dalam aktivitas keseharian mereka. Untuk tujuan jangka panjang ini WLPB membutuhkan kesinambungan, sekurang-kurangnya WLPB dilaksanakan setahun sekali di tingkat desa di Kawasan Rawan bencana.
Metode pelaksanaannya dilakukan secara bersinergi antara masyarakat, lembaga penyelenggara, dan lembaga pelaksana. Antara desa yang satu dengan yang lainnya, hasilnya akan berbeda. Sasaran dari WLPB adalah setiap individu di Kawasan Rawan Bencana, berusia 17-50 tahun atau sudah menikah, sehat secara rohani, dan mendapat izin dari suami/istri.
Tujuan umum jangka panjang dari WLPB adalah membentuk budaya masyarakat yang berketahanan terhadap bencana. Tujuan khususnya antara lain:
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang potensi bencana yang ada di lingkungannya
- Meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko sehingga mampu mengambil keputusan tindakan pengurangan risiko bencana secara mandiri
- Meningkatkan keterampilan masyarakat untuk melindungi diri sendiri, keluarga, dan anggota masyarakat lainnya bila terjadi bencana
Salah satu hasil dari WLPB adalah tersusunnya Kajian Risiko Bencana dan Prosedur Tetap Tingkat Dusun/RW.
2. Aplikasi Pengajuan Usulan Program Pembangunan Infrastruktur Energi Baru Terbarukan
Inovasi yang dilakukan di sini adalah dengan membangun aplikasi online untuk mengelola usulan-usulan atau proposal-proposal secara terintegrasi, sederhana, transparan, dan akuntabel. Sistem ini memiliki fitur-fitur sebagai berikut:
- Basis data online
- User friendly baik di desktop maupun gadget
- Komunikasi dua arah
- Manajemen dokumen dan informasi
- ISO 9001
- Log kegiatan pengguna
Dampak dari aplikasi ini antara lain:
Bagi pengguna:
- Memberi akses yang lebih luas ke program-program Direktorat Aneka EBT dan Direktorat Jenderal EBTKE secara umum
- Kecepatan pemrosesan data dan usulan yang pada akhirnya dapat memberikan pelayanan yang optimal
- Transparansi proses
- Bagi Direktorat EBTKE:
- Monitoring dan evaluasi
- Sarana sosialisasi kebijakan
- Basis data online
3. Night At The Museum
Museum Geologi dituntut untuk berinovasi dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik yang bersifat simbiosis mutualisme. Inovasi Museum Geologi diwujudkan melalui program "Night At The Museum" (Belajar Geologi di Malam Hari). Acara ini menghapus pandangan bahwa museum adalah tempat menyimpan benda kuno, membosankan, dan pergi ke museum hanya untuk menunaikan study tour dari sekolah maupun pihak travel.
Sepanjang tahun 2015, antusiasme pengunjung sebanyak 1.000 orang dalam waktu 3 jam kunjungan. Selain media sosial, media cetak dan elektronik lokal dan nasional menginformasikan keberadaan acara ini.
Sasaran utama acara ini adalah generasi muda dan keluarga, khususnya yang berdomisili di Bandung. Night At The Museum menjadi alternatif hangout yang menarik bagi kaum muda sekaligus mencetak generasi muda yang menghargai ilmu dan pengetahuan.