Widyaiswara
Widyaiswara yang Jawara
Oleh: Prima Adhi Surya & Hasan Maksum
Pegawai merupakan "aset" terpenting dalam suatu organisasi. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh pakar organisasi, H.G. Hicks dalam bukunya The Management of Organizations: A Systems and Human Resources Approach, bahwa pegawai merupakan unsur pertama, tanpa pegawai yang melakukan saling pengaruh dan mengerjakan pekerjaan organisasi, tak akan ada organisasi. Tujuan organisasi tidak akan tercapai tanpa hadirnya pegawai-pegawai yang profesional.
Suatu organisasi yang baik membutuhkan sarana pendidikan dan pelatihan sebagai pendukung kerja sekaligus penjamin pegawai-pegawai agar selalu profesional dalam bekerja. Hal tersebut dapat terjadi apabila tersedia pegawai sebagai tenaga pendidik dan pelatih yang profesional. Jaminan profesionalisme kerja pegawai ini di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada khususnya dan sektor energi dan sumber daya mineral pada umumnya, merupakan tanggung jawab para Widyaiswara profesional. Sebagian cerita dalam menggapai Widyaiswara profesional berikut akan menjadi inspirasi kita.
Langkah Awal..
Sebelumnya, mengikuti pendidikan dan pelatihan atau diklat dipandang tidak penting oleh beberapa pegawai. Diklat hanya dipandang sebagai salah satu cara untuk mengirim pegawai yang malas bekerja di kantor, agar tidak berada di kantor lagi, dan tidak mengganggu jalannya pekerjaan atau tugas kantor. Namun sekarang, pandangan "sebelah mata" terhadap diklat ini berangsur-angsur sudah mulai berubah. Diklat menjadi salah satu sarana penting untuk mengatasi gap kompetensi pegawai dengan tuntutan pekerjaan organisasi.
Saat ini, jabatan fungsional Widyaiswara yang ada di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi (PPSDM Migas) sejumlah 39 orang. Ini merupakan sumber daya pendidik dan pelatih yang berjumlah paling besar di antara PPSDM lain yang ada di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral (BPSDM ESDM). Dan dari 39 orang Widyaiswara tersebut, terpilihlah Mohammad Hasan Syukur sebagai koordinator untuk para Widyaiswaranya.
Mulai Berubah..
Sebagai koordinator Widyaiswara di PPSDM Migas, Hasan--begitu panggilan akrabnya--sangat perhatian terhadap para Widayaiswara lain di lingkup koordinasinya. Hal ini terlihat jelas dari tugas koordinasi yang ia lakukan antara Kepala PPSDM Migas selaku pimpinan dengan para Widyaiswara, antara para pejabat administrasi dengan para Widyaiswara atau sebaliknya. Koordinasi ini harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam memberikan pelayanan publik.
Salah satu inovasi yang dihasilkan dari koordinasi tersebut adalah terbangunnya suatu sistem informasi yang menunjang kediklatan. Bersama rekan kerjanya, Hasan mulai mengembangkan Sistem Informasi Kediklatan (SID) sejak tahun 2011. Sistem informasi berbasis web ini dapat diakses oleh para Widyaiswara dan pegawai sekretariat pada PPSDM Migas. Manfaatnya antara lain yaitu untuk memonitor semua program diklat yang dilaksanakan oleh PPSDM Migas mulai tahun 2012 sampai sekarang.
SID dibangun dengan mengadopsi nilai kejujuran. Nilai ini sudah lama dikembangkan di PPSDM Migas jauh sebelum ditetapkan sebagai salah satu Nilai Kementerian ESDM. Dalam sistem informasi ini, semua Widyaiswara dapat terpantau pekerjaan yang dilakukannya terkait fungsi kediklatannya. Nama program dan mata diklat yang diampu, waktu dan lama jam pelajarannya, bahkan perjalanan dinas para Widyaiswara sampai nominal rupiahnya pun dapat dilihat dengan SID ini. Dari sinilah nilai-nilai jujur dan keterbukaan atau transparansi ini sudah mulai terimplementasikan oleh para Widyaiswara. Ke depannya, SID ini akan dibangun dan dikembangkan lebih jauh oleh BPSDM ESDM.
Perubahan Lain..
Para pejabat fungsional, salah satunya Widyaiswara, setiap periode waktu tertentu pasti akan dievaluasi kinerjanya. Selain evaluasi atau penilaian kinerja terhadap sasaran kerja pegawai yang dilaksanakan pada bulan terakhir tahun yang dinilai sampai dengan bulan pertama tahun berikutnya, Widyaiswara juga melakukan penilaian angka kredit sebagai bentuk evaluasi kinerjanya setiap 6 bulan sekali atau semesteran, yaitu pada bulan Mei dan November setiap tahunnya.
Pada setiap periode penilaian angka kredit, para Widyaiswara selalu melampirkan berkas-berkas penilaian yang berjubel banyaknya, sehingga menjadi tumpukan-tumpukan berkas penilaian angka kredit setiap Widyaiswara yang tidak efisien. Setelah melihal permasalahan tersebut yang selalu berulang dan dengan inspirasi dari Kementerian Keuangan, gagasan inovatif Hasan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan tumpukan-tumpukan berkas penilaian angka kredit para Widyaiswara tersebut muncul. Berprinsip pada ATM, di-Amati, di-Tiru, dan di-Modifikasi, maka direalisasikanlah gagasan inovatif tersebut.
Dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini dan bantuan program komputer--Microsoft Office, dibangunlah suatu sistem aplikasi otomatisasi yang sederhana, yaitu penyusunan daftar usulan penilaian angka kredit Widyaiswara berbasis Microsoft Excel. Mulai dari profil Widyaiswara, Kepala Pusat, periode penilaian, rincian kegiatan, angka kredit beserta bukti pekerjaan berbentuk softcopy dengan format file .pdf, dan lainnya, sampai dengan total nilai angka kredit yang diperoleh per periode penilaian, secara efisien dan efektif dapat ditampilkan dengan sistem aplikasi ini. Dari sinilah, mulai tahun 2016 awal, pada bulan Maret sistem aplikasi tersebut mulai digunakan untuk membantu para Widyaiswara dalam mengusulkan penilaian angka kredit dan memudahkan Tim Penilai dalam melakukan evaluasi kinerja para Widyaiswara.
Perubahan Yang Membawa Manfaat..
Setiap inovasi perubahan yang dilakukan pada pola kerja, pasti menemukan "batu sandungan" untuk setiap langkah dalam perjalanannya. Begitu pula dalam implementasi sistem informasi maupun sistem aplikasi tersebut, selalu saja ada para pegawai atau Widyaiswara yang belum bisa menggunakan dan memanfaatkannya. Hal tersebut wajar saja terjadi, masih ada kekeliruan dalam memasukkan data karena belum familiar terhadap sistem yang baru tersebut.
Namun di balik semua itu, manfaat besar yang dikemudian hari dirasakan para pegawai seperti disebutkan sebelumnya dan Widyaiswara dalam menyusun daftar usulan penilaian angka kredit menjadi lebih efektif dan efisien. Lebih cepat dan mudah kemudian dirasakan oleh para Widyaiswara. Penilaian angka kredit menggunakan sistem aplikasi ini langsung dilaksanakan di BPSDM ESDM sendiri untuk Widyaiswara golongan ruang IV/b ke bawah oleh penilai internal, sedangkan penilaian langsung ke Lembaga Administrasi Negara untuk Widyaiswara golongan ruang IV/c ke atas.
Perasaan simpati Hasan melihat teman-teman lain seprofesinya tersendat-sendat dan tidak mampu setiap melakukan penilaian angka kredit, akhirnya menggerakkan hatinya dan menyarankan mereka untuk menggunakan sistem aplikasi tersebut. Sekarang, sistem aplikasi penyusunan daftar usulan penilaian angka kredit ini sudah disebarluaskan agar dapat digunakan oleh para Widyaiswara PPSDM lain di lingkungan BPSDM ESDM. Jadi dengan bantuan sistem aplikasi tersebut, tidak ada alasan lagi untuk tidak mengumpulkan angka kredit, setahun sekali atau bahkan bisa semesteran.
Hasan (urutan dua dari kiri) berfoto bersama rekan kerja dan penulis.
Sang Pelatih Yang Profesional..
Sarana dan prasarana kerja dibutuhkan untuk mendukung para pegawai agar dapat bekerja secara profesional. Begitu pula sistem informasi dan sistem aplikasi yang merupakan sebuah inovasi dari perkembangan teknologi, sangat dibutuhkan dan mendukung profesionalime kerja pegawai untuk masa sekarang ini.
Menjadi seorang Widyaiswara yang profesional merupakan pilihan hidup dalam bekerja. Hasan mencontohkan bahwa pekerjaannya ini sangat menyaratkan akan profesionalisme kerja di bidang penyelenggaraan paket-paket diklat dan sertifikasi. Profesionalisme kerja yang dimaksud di sini adalah dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik atau peserta pelatihan, memberikan ujian tertulis, melakukan wawancara, dan pelatihan demonstrasi penggunaan peralatan kerja.
Selama ini, Hasan yang seorang pendidik sekaligus pelatih dalam konsentrasi industri hilir minyak dan gas bumi, selain mengampu diklat teknis di bidang minyak dan gas bumi, juga mengampu diklat kepemimpinan pada agenda inovasi. Pada diklat kepemimpinan tersebut ia menularkan inovasi-inovasi kepada peserta diklat dan merangsangnya untuk menjadi program perubahan yang aplikatif. Tanggung jawab moral profesionalisme kerja lainnya ia torekkan dalam sebuah buku karangannya yang berjudul "Citra Widyaiswara yang Jawara: Strategi Berkarir PNS di Jabatan Fungsional Widyaiswara".
Buku karangan Mohammad Hasan Syukur, berjudul "Citra Widyaiswara yang Jawara: Strategi Berkarir PNS di Jabatan Fungsional Widyaiswara".
Perubahan Tiada Akhir..
Pendidikan dan pelatihan pegawai saat ini dipandang sebagai "investasi" bagi sebuah organisasinya. Menjadi seorang pejabat fungsional Widyaiswara yang jawara, merupakan kesenangan tersendiri, di samping dapat memotivasi Widyaiswara lain untuk mengikuti langkah-langkah sukses dalam berkarir. Widyaiswara yang jawara adalah Widyaiswara yang dapat memotivasi dengan mencontohkan keprofesionalan dalam bekerja serta berinovasi seiring dengan perubahan dan perkembangan akan pertuntutan zaman. Nilai-nilai profesional dan inovatif inilah yang sebenarnya merupakan penggerak perubahan. Kita sudah memiliki nilai-nilai Kementerian ESDM, yaitu Jujur-Profesional-Melayani-Inovatif-Berarti, yang harus menjadi jiwa penggerak perubahan kita sebagai pegawai dalam memberikan pelayanan publik. Cerita ini akan ditutup oleh celotehan dari Hasan, "Enak ya.., jadi fungsional Widyaiswara.. (yang profesional--penulis)". -PaS&HM-
Terinspirasi judul buku "Citra Widyaiswara yang Jawara: Strategi Berkarir PNS di Jabatan Fungsional Widyaiswara" karangan Mohammad Hasan Syukur.