The 10th Indonesia-Norway Bilateral Energy Consultations, Jajaki Potensi Kerja Sama Sektor Energi Migas dan EBT

Senin, 1 Juli 2024 - Dibaca 959 kali

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

NOMOR: 347.Pers/04/SJI/2024

Tanggal: 1 Juli 2024

The 10th Indonesia-Norway Bilateral Energy Consultations, Jajaki Potensi Kerja Sama Sektor Energi Migas dan EBT

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif membuka The 10th Indonesia-Norway Bilateral Energy Consultations (INBEC) di Jakarta, Senin (1/7). Forum bilateral tersebut, mengeksplorasi potensi kerja sama bidang energi terbarukan, elektrifikasi, CCS/CCUS, dan hidrogen.

Mengawali sambutannya, Arifin mengucapkan terima kasih kepada Menteri Energi Norwegia Terje Aasland yang telah mengunjungi Indonesia dan menghadiri forum bilateral tersebut, sebagai tindak lanjut INBEC ke-9 yang telah diselenggarakan di Oslo pada tahun 2022.

Menurut Arifin, hubungan antara Indonesia dan Norwegia terus berkembang selama lebih dari 20 tahun, dimana INBEC yang diselenggarakan dua tahunan tersebut menjadi platform berharga bagi Indonesia untuk belajar dari pengalaman Norwegia yang luas di sektor energi, dan untuk menjajaki peluang kerja sama baru antara kedua negara.

"Kami berkomitmen mendorong kolaborasi tidak hanya berbasis G to G, namun juga berbasis B to B. Kita akan menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama di bidang investasi dan pengembangan kapasitas," ungkap Arifin dihadapan Menteri Energi Norwegia Terje Aasland dan Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Rut Kruger Giverin, sejumlah pejabat eselon I di Kementerian ESDM serta seluruh pembicara dan delegasi dari Indonesia dan Norwegia.

Pada kesempatan tersebut, Arifin juga menjelaskan bahwa Norwegia merupakan salah satu mitra lama Indonesia di sektor energi, khususnya sektor minyak dan gas. "Oleh karena itu, sebagai komitmen untuk memerangi perubahan iklim dan bergerak menuju sistem energi berkelanjutan, Indonesia dan Norwegia akan bekerja sama di lebih banyak bidang kerja sama," ungkap Arifin.

Arifin juga menyampaikan beberapa langkah nyata yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia untuk bergerak ke arah energi berkelanjutan. Pertama, Indonesia telah mengembangkan peta jalan untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) di sektor energi pada tahun 2060. Peta jalan tersebut memberikan strategi transisi energi baik dari sisi penawaran maupun permintaan.

Strategi yang dilakukan antara lain percepatan pengembangan energi terbarukan, penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara, penerapan teknologi ramah lingkungan seperti hidrogen dan CCS/CCUS, pemanfaatan kendaraan listrik, biofuel serta penerapan langkah-langkah efisiensi energi.

"Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau, jaringan listrik yang cerdas dan terintegrasi merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin sistem energi yang aman dan andal. Super Grid akan mendukung pengembangan potensi energi terbarukan yang tersebar di seluruh Indonesia, meningkatkan akses energi dan membuka potensi energi baru," jelas Arifin.

Kedua, Arifin menambahkan bahwa energi fosil khususnya gas, akan tetap menjadi bagian penting dalam transisi energi. Gas akan menjadi energi transisi dan dapat menghasilkan energi baru seperti amonia dan hidrogen. Implementasi teknologi rendah karbon seperti Capture Capture Storage/Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS) akan mengurangi emisi dan berpotensi meningkatkan produksi minyak dan gas.

"Pengalaman Norwegia yang luas di sektor energi menawarkan pembelajaran dan teknologi berharga yang dapat dibagikan kepada Indonesia. Indonesia terbuka terhadap kemitraan baru dalam praktik energi terbarukan dan energi berkelanjutan," imbuh Arifin.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Energi Norwegia, Terje Aasland menyampaikan meskipun minyak dan gas telah menjadi landasan kemitraan Indonesia-Norwegia selama hampir 30 tahun, namun pihaknya juga melihat bahwa energi terbarukan sebagai bagian yang semakin penting dari hubungan energi bilateral kedua negara tersebut.

Terje menjelasakan bahwa Norwegia sedang bekerja keras untuk membangun rantai nilai dalam CCS/CCUS offshore, serta ladang angin terapung skala besar. Pada saat yang sama, tenaga air yang bersih dan terbarukan dengan fasilitas penyimpanannya tetap menjadi backbone sektor listrik Norwegia.

Terje yakin bahwa Indonesia-Norwegia memiliki komitmen dan pandangan yg sama untuk transisi energi yang adil, yang menyediakan lapangan kerja dan manfaat ekonomi, menjaga lingkungan, dan menyediakan keamanan energi.

"Norway mempunyai teknologi, Indonesia punya sumber daya energi terbarukan, saya berharap lebih banyak perusahaan Norway yang berinvestasi pada proyek energi terbarukan di Indonesia," harap Terje.

Mengakhiri sambutannya, Menteri Terje memandang Indonesia merupakan negara dengan sumber daya besar sehingga perlu menyusun iklim investasi yang baik. Ia yakin bahwa kedua negara dapat lebih berkolaborasi lebih di masa depan.

Pertemuan bilateral ini, juga ditandai dengan penandatanganan MoU on Collabarative Research and Education on Sustainable Geoscience and Energy Transition antara ITB dengan University of Bergen, dan MoU on Renewable Energy Projects antara Norfund's Equity Investment dengan Tinfos, Xurya Pte Ltd dan PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya. (RAW)

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama

Agus Cahyono Adi

Bagikan Ini!