Semester I 2024, Kapasitas Terpasang EBT Bertambah 217,7 MW
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA
SIARAN PERS
NOMOR: 411.Pers/04/SJI/2024
Tanggal: 5 Agustus 2024
Semester I 2024, Kapasitas Terpasang EBT Bertambah 217,7 MW
Pemerintah Indonesia terus menunjukkan komitmen yang kuat dalam pengembangan energi terbarukan. Hingga Semeter I (Januari - Juni) tahun 2024, penambahan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Energi Baru dan Terbarukan (EBT) telah mencapai 217,73 Mega Watt (MW) atau sekitar 66,6% dari target tahunan sebesar 326,91 MW.
Peningkatan kapasitas ini didominasi oleh PLT hidro dan PLT surya. PLT hidro berhasil mencapai 66,4% dari target, sementara PLT surya bahkan melampaui target dengan capaian 147,02%. Kendati PLT panas bumi belum mencapai target, namun sektor energi terbarukan lainnya seperti bioenergi juga menunjukkan perkembangan yang positif, yaitu 43,2% dari target.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, salah satu tantangan utama adalah keterbatasan infrastruktur dan regulasi yang belum sepenuhnya mendukung pengembangan EBT. "Makanya program-program untuk mendorong demand harus kita lakukan. Contohnya Electric Vehicle (EV) terus dikebut dan kemudian PLTS untuk industri dan perumahan harus bisa di dorong," jelas Arifin pada acara temu media di Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (2/8).
Seiring dengan peningkatan kapasitas terpasang, investasi di sektor EBT juga terus meningkat. Hingga bulan Juni 2024, realisasi investasi mencapai USD0,565 miliar USD atau sekitar 45,9% dari target tahunan sebesar USD1,232 miliar. Sektor panas bumi dan aneka EBT menjadi penyumbang terbesar dalam investasi ini.
Tercatat, Panas Bumi telah menyumbangkan ke kas negara sebesar USD0,218 miliar. Disusul kemudian dari Aneka EBT (USD0,335 miliar), Bioenergi (USD0,011 miliar), dan Konservasi Energi (USD0,013 miliar).
Peningkatan investasi ini didorong oleh berbagai faktor, antara lain kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan EBT, potensi pasar yang besar, serta kesadaran masyarakat akan pentingnya energi bersih.
Meskipun terdapat capaian yang positif, namun bauran EBT di dalam bauran energi nasional masih relatif lambat, diperkirakan hanya sekitar 13-14% pada tahun 2025. "Tahun 2025 bauran paling cuman 13-14%. Penyebabnya karena infrastruktur kita, dan juga masih ada bottleneck," terangnya.
Di tengah tantangan tersebut, terdapat beberapa perkembangan positif yang patut diapresiasi. Salah satunya adalah peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada komponen-komponen PLT EBT. Indeks TKDN subsektor EBTKE mencapai 49,80%, mendekati target 55,45%. Hal ini menunjukkan adanya upaya untuk mengembangkan industri dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Selain itu, pengembangan PLT EBT juga berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 123,22 juta CO2. Dengan semakin banyaknya energi yang dihasilkan dari sumber terbarukan, emisi CO2 dari sektor energi dapat ditekan secara signifikan. (RD)
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama
Agus Cahyono Adi
Bagikan Ini!