Punya Potensi Pasar Besar, Penggiat PLTS di Indonesia Diminta Tak Keluar Gelanggang

Rabu, 26 Juli 2023 - Dibaca 1707 kali

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

NOMOR: 318.Pers/04/SJI/2023

Tanggal: 26 Juli 2023

Punya Potensi Pasar Besar, Penggiat PLTS di Indonesia Diminta Tak Keluar Gelanggang

Di ajang Indonesia Solar Summit 2023, hari ini Rabu (26/7), Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan potensi sumber energi surya yang dimiliki Indonesia lebih dari 3.200 Giga Watt (GW), namun baru terserap hanya sekitar 200 Mega Watt (MW). Hal ini dikatakan Menteri Arifin menunjukkan masih menyisakan ruang yang cukup untuk pengembangan di masa depan.

"Indonesia saat memiliki potensi sumber daya energi terbarukan yang signifikan lebih dari 3.600 GW dimana potensi surya lebih dari 3.200 GW, namun pemanfaatan saat ini hanya sekitar 200 MW, menyisakan ruang yang cukup untuk pengembangan di masa depan, karena itu menurut Arifin Indonesia perlu melakukan langkah-langkah percepatan untuk pemanfaatannya," ujar Arifin dalam sambutannya.

Salah satu langkah yang dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan energi baru khususnya tenaga surya, Pemerintah telah memasukkan energi terbarukan dalam porsi yang lebih besar (20.923 MW) dalam RUPTL PT PLN (Persero) 2021-2030 serta menerbitkan Peraturan Presiden tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Peraturan ini menawarkan harga listrik yang lebih menarik, bertujuan untuk menarik investasi di pembangkit listrik, industri pendukung, dan industri hijau.

Kementerian ESDM juga telah menetapkan target untuk mengembangkan sekitar 20,9 GW pembangkit listrik energi terbarukan pada tahun 2030. Pada tahun 2060, dengan tujuan utama untuk menghasilkan lebih dari 700 GW kapasitas listrik dari pembangkit listrik baru dan terbarukan, termasuk listrik tenaga surya Indonesia bertujuan untuk memiliki kapasitas pembangkit listrik tenaga surya hingga 421 GW pada tahun 2060, yang akan mencapai hampir 60% dari total kapasitas pembangkit listrik.

Sependapat dengan Menteri ESDM, Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa mengatakan meski saat ini pemanfaatan masih rendah dibandingkan potensinya namun AESI masih optimis terhadap masa depan pemanfaatan energi surya di Indonesia.

"Kita perlu optimis terhadap masa depan pemanfaatan energi surya di Indonesia, pertama, PLTS adalah global fenomena dan merupakan pilihan utama bagi negara dan bisnis untuk melakukan dekarbonisasi. Dalam 5 tahun terakhir kapasitas PLTS secara global tumbuh pesat, di luar perkiraan pada analis dan perencana energi," ujar Fabby.

Ditambahkan Fabby, International Energy Agency (IEA) memperkirakan tahun ini dari 440 GW kapasitas energi terbarukan, dan 550 GW di tahun depan, sekitar dua pertiga berasal dari PLTS saja. "Laporan dari RMI & Bezos Earth Fund menunjukan bahwa PLTS secara global tumbuh sebesar 24% per tahun selama lima tahun terakhir. Dengan pertumbuhan saat ini akan mencapai lebih > 1000 GW kapasitas per tahun pada 2030," tambah Fabby.

Data tersebut, menurut Fabby, menujukkan Teknologi PLTS ini akan menjadi mainstream untuk Indonesia. "Sebagai negara yang laggard dengan PLTS, pertumbuhan dalam bentuk S-curve di Indonesia akan terjadi lebih cepat, dipengaruhi oleh pasar global. Sebenarnya percepatan ini juga ditunjukan dengan kecepatan penurunan harga bid PLTS skala utilitas proyek PLN, yang telah turun sebesar 45% dalam lima tahun terakhir," jelas Fabby.

Dengan sumber daya PLTS yang mencapai 3300 GW dan sifatnya yang modular, cepat terpasang merupakan pilihan teknologi yang paling rasional bagi Indonesia untuk mencapai dekarbonisasi di 2060.

Seluruh model long-term energy scenario yang dibuat untuk Indonesia, walaupun kapasitas yang berbeda tapi menunjukan porsi bauran PLTS yang dominan di 2030 sd 2050.

"Kajian IEA dan Kementerian ESDM - Roadmap NZE Indonesia mengindikasikan 65 GW PLTS di 2030, dan 340 GW di 2050. Kajian IRENA dan KESDM - scenario 1,5C, maka kapasitas PLTS menjadi 66 GW di 2030 dan 840 GW di 2050. Kajian IESR yang dipublikasi di 2021, untuk dekarbonisasi yang selaras dengan target 1,5C, PLTS mencapai 115 GW di 2030 dan 1492 GW di 2050," ungkap Fabby.

Potensi pasar PLTS sendiri sangat besar. Kajian IESR tahun 2019 lalu menunjukan potensi teknis rooftop PV di bangunan rumah mencapai 655 GW. Studi NREL menemukan, dari badan air yang ada di Indonesia, terdapat potensi FPV dari 1800-an lebih water bodies dengan luasan yang sesuai, memberikan potensi 170 sd. 364 GW.

Optimisme pengembangan PLTS juga ditunjukkan dari analisa bahwa dalam dua tahun terakhir muncul pasar baru, yaitu pemanfaatan PLTS tidak saja untuk berjualan listrik tapi menghasilkan produk nilai tambah baru, yaitu green hydrogen dan green ammonia.

Dari data yang dikumpulkan IESR, menunjukan sejak tahun lalu terdapat 10 proyek green hidrogen dan ammonia yang akan menggunakan PLTS sebagai sumber listrik hijaunya.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, AESI meminta pera penggiat PLTS untuk tidak menyerah bahkan keluar gelanggang karena potensi pasar yang masih besar dan menunggu untuk tumbuh. (SF)

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama

Agung Pribadi (08112213555)


Bagikan Ini!