Pengembangan Desa Mandiri Energi Berbasis Plasma
''Secara umum pengembangan DME berbasis jarak pagar terdiri 6 plasma yang masing-masing mengelola 50 hektar,'' papar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro saat menyampaikan laporan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat pencanangan Desa Mandiri Energi di desa Tanjung Harjo, Kecamatan Brati, Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (21/2).
Menurut Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, setiap plasma akan memiliki alat pengepres dan penyaring biji jarak serta alat untuk membuat briket ampas biji jarak. Setiap plasma membutuhkan sedikitnya 3 orang untuk mengolah bijih jarak menjadi minyak kasar. Tenaga itu belum termasuk tenaga kerja untuk budidaya tanaman jarak pagar.
Selanjutnya ke enam plasma akan berkoordinasi dan membentuk satu inti dengan tenaga kerja sedikitnya 5 orang. ''Mereka inilah yang akan mengolah semua minyak jarak kasar menjadi minyak jarak lebih murni sebagai pengganti minyak tanah,'' papar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro. Selain itu juga bisa untuk bahan bakar industri maupun transportasi.
Indonesia yang memiliki 70 ribu desa, 45% diantaranya adalah desa tertinggal berpotensi dikembangkan sebagai basis DME. Selain bisa untuk memenuhi kebutuhan energi sendiri, pengembangan DME juga akan menciptakan lapangan kerja serta mengurangi kemiskinan. ''Program pengembangan DME dilaksanakan secara bertahap dan dimulai dengan desa binaan instansi pemerintah, BUMN maupun swasta,'' papar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro.
Seperti sejumlah desa di Kabupaten Grobogan. Misal, di desa Tanjung Harjo tempat acara pencanangan DME, yang masuk Kecamatan Brati, Grobogan terdapat 500 hektar kebun jarak binaan Perum Perhutani. Sedang di desa Kaladung sari dan Kalungbendo seluas 100 hektar binaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Serta 400 hektar kebun jarak rakyat di 16 kecamatan lainnya.
Bagikan Ini!