Pemerintah Petakan Pemenuhan Kebutuhan Energi Hingga 2040

Kamis, 7 Januari 2021 - Dibaca 6052 kali

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

SIARAN PERS

NOMOR: 003.Pers/04/SJI/2021

Tanggal: 7 Januari 2021

Pemerintah Petakan Pemenuhan Kebutuhan Energi Hingga 2040


Melihat perkembangan akan kebutuhan energi disertai perubahan kondisi ekonomi, pemerintah tengah menyusunan grand desain strategi energi nasional dalam kurun waktu hingga 20 tahun mendatang. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto pada acara Talkshow Virtual bertajuk "Outlook Energy Indonesia 2021" yang diselanggarakan oleh Solopos Group pada Rabu (6/1).

"Pada bulan Oktober tahun lalu, DEN mendapat tugas menyusun Grand Strategi Energi Nasional 2020-2040 yang masih dibahas sampai saat ini," kata Djoko. Penyusunan ini diharapkan mampu menjawab kewajiban pemerintah dalam menyediakan energi dalam jumlah yang cukup, merata, terjangkau, berkelanjutan, dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga tercapai energi yang berkeadilan.

Djoko mengatakan masih ada sejumlah tantangan pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia. Untuk itu pemerintah terus melakukan langkah-langkah terkait hal itu. "Tantangan tersebut adalah kebutuhan energi yang terus meningkat, sementara pasokan kapasitas energi terbatas," ungkapnya.

Dalam penyusunan tersebut, sambung Djoko, pemerintah telah memetakan sejumlah tantangan di lapangan, seperti peningkatan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis gasoline dan Liquified Petroleum Gas (LPG), penurunan produksi minyak mentah (crude), ekspor batubara yang tertekan hingga infrastruktur gas dan listrik yang belum terintegrasi.

Masih tingginya impor BBM menjadi sorotan bagi pemerintah sehingga berpengaruh pada pos anggaran dan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021. "Padahal di Indonesia tersedia beberapa sumber energi lain yang bisa menggantikan BBM sehingga ini dapat mengurangi impor bahan bakar minyak [BBM]. Apabila ini bisa dilakukan maka akan terjadi penghematan biaya untuk impor BBM tersebut," terang Djoko.

Sumber energi tersebut yang bisa mengurangi ketergantungan BBM dari luar negeri, imbuh Djoko, meliputi energi gas, tenaga surya, air, dan batu bara. Namun untuk mendukung penggunaan sumber energi tersebut masih membutuhkan infrastruktur.

"Butuh pembangunan jaringan transmisi listrik, jaringan gas antarpulau, pengoptimalan sumber minyak dalam negeri dengan peningkatan produksi 1 juta barel per hari. Diharapkan 2026 terselesaikan sehingga terjadi penghematan devisa USD11,2 miliar per tahun," kata Djoko.

Khusus di 2021, pemerintah terus mendorong porsi pemanfaatan EBT dalam bauran energi nasional. "Sesuai Rencana Umum Energi Nasional, kalau kita lihat EBT di 2021 itu targetnya 14,52%," jelas Djoko. Angka ini meningkat dibanding target-target tahun sebelumnya, yaitu 9,82% (2015), 10,42% (2016), 10,93% (2017), 11,58% (2018), 12,20% (2019), dan 13,42% (2020).

Djoko tak menampik batubara masih mendominasi bauran energi nasional di tahun 2021 dengan mengambil porsi sebesar 35,46% diikuti oleh minyak bumi (28,12%) dan gas bumi (21,90%). "Dominasi batubara ini tak lepas dari ketahanan dan kemandirian energi ditandai dengan pemanfaatan energi dalam negeri baik fosil dan non fosil dengan tidak menggunakan impor," ungkapnya.

Berdasarkan Outlook Energi Indonesia 2021, setidaknya ada tiga skenario yang memproyeksikan tentang bauran energi Indonesia masa mendatang. Skenario itu mencakup skenario moderat atau business as usual, skenario tinggi atau pembangunan berkelanjutan, dan skenario rendah karbon. "Skenario ini dibarengi dengan perubahan asumsi pertumbuhan ekonomi karena terjadinya Covid-19. Kalau sebelumnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan hingga 8%, saat ini kami asumsikan paling besar 5,1%," tandas Djoko.

Penyusunan Outlook Energi Indonesia sendiri merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan DEN sejak tahun 2014 dengan melibatkan unit-unit terkait di Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kehutanan dan Lingkunga Hidup serta berbagai asosiasi industri. "Sumber data dari outlook energi adalah Handbook of Economy Energy Statistic Indonesia (HEESI), Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, RUPTL PLN, Neraca Gas Indonesia dan sebagainya," jelas Djoko. (NA)

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama

Agung Pribadi (081122135)

Bagikan Ini!