Menteri ESDM: Intervensi Teknologi Bisa Pacu Produksi Migas

Senin, 30 September 2024 - Dibaca 1781 kali

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

NOMOR: 549.Pers/04/SJI/2024

Tanggal: 30 September 2024

Menteri ESDM: Intervensi Teknologi Bisa Pacu Produksi Migas

Penurunan realisasi produksi siap jual (lifting) minyak bumi secara alami direspons pemerintah dengan percepataan penggunaan teknologi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mendorong Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk mengoptimalisasi produksi melalui optimaliasi teknologi.

Salah satu KKKS yang menjadi sorotan pemerintah adalah ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). "KKKS yang punya produksi minyak bumi bagus, saya lihat itu ExxonMobil. ExxonMobil itu 25% dari total lifting nasional. Kita minta untuk bisa ada intervensi teknologi untuk bisa menaikkan liftingnya," kata Bahlil saat berkunjungan ke Lapangan Banyu Urip, Bojonegoro (Senin, 30/9).

Enchanced Oil Recovery (EOR) merupakan satu dari sekian teknologi yang dianggap penting sebagai ransangan awal dalam menggenjot produksi minyak bumi. Bahkan Kementerian ESDM bersama Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sedang menjajaki kemungkinan lahirnya kebijakan intensif dalam implementasi EOR.

Sebelumnya Bahlil mengungkapkan tantangan berat dihadapi Indonesia adalah ketidakseimbangan antara produksi (supply) dan konsumsi (demand). "Sekarang lifting (minyak) kita itu 600 ribu barrel oil per day (bopd). Sementara konsumsi kita 1,5 sampai 1,6 juta ribu bopd," ungkapnya. ??

Bahlil sendiri meminta ExxonMobil Cepu Ltd untuk meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 150.000 barel minyak per hari (BOPD) pada tahun 2026. "Exxon menargetkan 125 ribu barel untuk 2026. Tapi saya punya keyakinan, dengan sistem manajemen, etos kerja, dan kreativitas tim Exxon di lapangan, ExxonMobil harus bisa mencapai di atas 150 ribu barel per hari pada tahun 2026 untuk mengurangi defisit lifting kita," jelas Bahlil.

Hingga September 2024, produksi Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris telah menghasilkan minyak bumi sebesar 136.701 BOPD dan 36,49 MMSCFD. Pada bulan Maret 2024 lalu, SKK Migas bersama EMCL berhasil melakukan tajak sumur produksi infill dan clastic di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Jawa Timur.

Selain pemanfaatan teknologi, Bahlil menekankan pentingnya KKKS untuk lebih gencar melakukan kegiatan eksplorasi sebagai program jangka panjang. Hal ini dibutuhkan demi mengembangkan lapangan migas baru, selain Lapangan Cepu dan Lapangan Banyu Urip. "Di daerah Cepu, di sekitar itu ada beberapa sumur-sumur yang memang belum dieksplorasi. Tadi saya sudah minta ke mereka. Sudah di-drilling dua sumur, itu adalah sumur baru eksplorasi," pintanya.

Wilayah Kerja Cepu mempunyai jangka waktu kontrak 17 September 2005 sampai 17 September 2035 (Cost Recovery). Lapangan pada Wilayah Kerja Cepu antara lain Banyu Urip, Kedung Keris dan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru, dengan cadangan untuk minyak bumi sebesar 344,63 MSTB sedangkan cadangan Gas sebesar 1.201,26 BSCF.

Pada Wilayah Kerja Cepu ini rencana akan dikembangkan beberapa lapangan, antara lain:
- Lapangan West Kedung Keris (Minyak) pada tahun 2025-2027, dengan investasi USD48 Juta;
- Lapangan Cendana (Gas) dengan investasi sebesar USD170,3 Juta; dan
- Lapangan Alas Tua West (Gas) dengan investasi sebesar USD253,9 Juta. (NA)

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama

Agus Cahyono Adi


Bagikan Ini!