IDB Terbitkan Trade Financing Untuk Pertamina

Jumat, 5 Mei 2006 - Dibaca 11052 kali

''Kelonggaran ini akan sangat membantu Pertamina saat
keuanganya terbatas. Seperti kita alami tahun lalu
kita pernah mengalami kelambatan pembayaran impor
ini,'' ujar Purnomo menjawab pertanyaan wartawan
Jum'at (5/5) di Jakarta. Sebab jika terjadi kelambatan
pihak IDB yang akan membayarnya selanjutnya Pertamina
akan melunasinya kepada IDB.

Selain itu, Purnomo yang menjelaskan hasil
kunjungannya mendampingi Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono ke Timur Tengah itu juga mengungkapkan telah
disepakati kerjasama antara Pertamina dengan Aramco
dan KPC dalam pasokan minyak mentah sebesar 400 ribu
barel per hari (bph) serta pembangunan kilang di Tuban
dan diwilayah KTI.

''Ini sangat penting sebab ketergantungan kita
terhadap minyak mentah tetap ada. Sehingga dengan
adanya komitmen ini maka keamanan pasokan minyak
mentah kita akan lebih aman,'' ujar Purnomo.
Ditambahkan pada kunjungan itu pemerintah mendorong
Pertamina yang melakukan berbagai kerjasama.

Secara umum Purnomo mengungkapkan komitment investasi
yang diperoleh dari kujngan ke Timur Tengah mencapai 8
miliar dolar AS. Rinciannya 2 miliar dolar AS
investasi kilang Aramco, 3 miliar dolar AS investasi
kilang KPC dan 3 miliar dolar AS dari International
Petroleum Investment Company (IPIC), Uni Emirat Arab.

''Komitment investasi dari IPIC ditandatangani dengan
pihak Pertamina,'' ujarnya. Selanjutnya untuk
pelaksannya akan dikoordinasikan oleh Kantor Menko
Perekonomian. Sebab, rincian proyek-proyek yang akan
dibiayai masih dibahas dibawah koordinasi Menko
Perekonomian.

Sedang dengan pihak Qatar LNG dicapai kesepakatan
untuk memenuhi dukungan pasokan gas untuk 2008-2009.
Sehingga pemerintah sudah menetapkan swap dari Pupuk
Kaltim digunakan memenuhi kebutuhan Pabrik Pupuk
Iskandar Muda (PIM) selama periode 2006-2007.
Sedangkan 2010 diharapkan dapat pasokan dari lapangan
blok A dan lapangan Mane.

Pemerintah juga menyetujui rencana KUPPEC (Kuwait
Petrelum Exporting Company) anak perusahaan KPC yang
memiliki lapangan gas dilaut China Selatan.
''Mengingat lokasinya yang jauh dari pasar dalam
negeri, maka pemerintah menyetujui rencana KUPPEC
untuk menjual gas ke Singapura. Yang penting
menguntungkan bagi Indonesia,'' ujar Purnomo. (*)

Bagikan Ini!