Clean Coal Technology untuk PLTU Yang Ramah Lingkungan

Kamis, 8 September 2016 - Dibaca 11525 kali

JAKARTA - Program listrik 35.000 MW yang saat ini sedang dikerjakan pemerintah dan bersama Independent power producer (IPP) didominasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) atau 56,97% dari total pembangkit listrik yang dibangun. Untuk mengurangi polusi yang timbul Pemerintah mendorong penggunaan teknologi efisiensi tinggi seperti Clean Coal Technology (CCT) untuk PLTU utamanya di system kelistrikan Sumatera.

Clean Coal Technology (CCT) tidak sepenuhnya menghilangkan emisi menjadi nol atau mendekati nol, tetapi lebih bermakna bahwa emisi yang dihasilkan lebih sedikit. Meskipun begitu, clean coal technologies dapat mengurangi emisi dari beberapa polutan dan limbah serta peningkatan energi yang dihasilkan dari tiap ton batubara. Dengan demikian maka teknologi CCT untuk PLTU saat ini lebih efisien dan ramah lingkungan.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Jarman dalam acara Workshop Building Pathways for High Efficiency Low Emissions Coal In Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Selasa (6/9) lalu mengatakan, penerapan teknologi ramah lingkungan untuk PLTU tersebut sesuai dengan Paris Agreement pada Konvensi Para Pihak (Conferences of Parties-COP) UNFCCC ke-21 di Paris tahun 2015 lalu. "Teknologi PLTU bersih melalui CCT merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan kenaikan suhu bumi yang tidak lebih dari 2 derajat," ujar Jarman.

Jarman menambahkan, kebutuhan PLTU batubara akan mendominasi program 35.000 MW dengan porsi sebesar 56,97% dari total pembangkit listrik yang direncanakan. Kebutuhan batubara untuk PLTU saat ini mencapai 87,7 juta ton. Seiring dengan pembangunan program ketenagalistrikan 35.000 MW, kebutuhan batubara diperkirakan meningkat menjadi 166,2 juta ton pada tahun 2019.

Saat ini masyarakat dunia tidak terkecuali Indonesia mengurangi konsumsi energy yang bersumber dari fosil seperti minyak dan batubara. Semakin sulit dan sedikitnya cadangan energy berbasisi fosil dan dampak polutan yang dihasilkan pada akhirnya menyadarkan masyarakat dunia untuk mulai memanfaatkan energy terbarukan sebagai sumber energy yang lebih ramah lingkungan.

Pada COP-21 di Paris, Presiden Joko Widodo telah mendeklarasikan komitmen Pemerintah Indonesia untuk ikut aktif menurunkan emisi CO2 (Gas Rumah Kaca-GRK) sebesar 29% di tahun 2030 dan melalui dokumen Intended Nationally Determined Contributions (INDCs), Indonesia mencantumkan kegiatan pembangunan PLTU Batubara dengan menggunakan teknologi efisiensi tinggi seperti Clean Coal Technology untuk mencapai 29% penurunan emisi GRK di tahun 2030. (SF)

Bagikan Ini!