Bioenergi, Jawaban Atas Isu Ketahanan Energi dan Isu Lingkungan

Jumat, 7 April 2017 - Dibaca 3156 kali

MALANG - Energi menjadi salah satu isu yang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena ketidakseimbangan antara ketersediaan energi dengan kebutuhanya. Isu lainnya adalah pemanasan global, dimana Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim di Paris, Perancis tahun 2015 lalu (COP21) telah berkomitmen untuk menurunkan emisi bersama dengan negara-negara lainnya.

Kepala Sub Direktorat Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi Kementerian ESDM, Farida, memaparkan bahwa bioenergi merupakan solusi dari kedua isu tersebut. "Karena sifatnya yang terbarukan dan ramah lingkungan, dengan memanfaatkan bioenergi, kita sudah menjawab kedua isu terkait ketahanan energi dan mitigasi efek pemanasan global", ujarnya selaku narasumber pada diskusi yang bertajuk Bioenergi Goes to Campus di Universitas Brawijaya Malang, Kamis (6/4).

Farida mengatakan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam sumber bioenergi. "Potensi bioenergi di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke", Imbuhnya. Selain itu, Ia menambahkan keuntungan dari bioenergi lainnya adalah sustain (berkelanjutan), bersih dan ramah lingkungan, serta tidak menghasilkan polutan-polutan seperti yang dihasilkan oleh energi berbasis fosil.

Adapun salah satu biomassa yang dapat dijadikan sumber energi adalah kelapa sawit yang limbahnya dapat dijadikan energi. "Limbah kelapa sawit yang sedang popular yaitu POME, yaitu limbah cair dari produksi Crude Palm Oil (CPO) masih mengandung sumber energi dan bisa dimanfaatkan menjadi tenaga biogas", ungkap Farida.

Namun dalam pengembangan bioenergi, banyak tantangan yang menyebabkan bioenergi belum dimanfaatkan secara optimal. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Karuniawan Puji Wicaksono, PhD, mengungkapkan bahwa harga keekonomian masih menjadi masalah utama dalam pengembangan bioenergi. "Still have something to do with research, agar masuk ke suatu pertimbangan ekonomi, Prof. Eko sudah menghitung-hitung ambang ekonomi berapa sih harganya (tanaman) jarak yang sesuai kalau disandingkan dengan solar dan lainnya", terangnya yang menjadi narasumber lainnya di Bioenergi Goes to Campus.

Ia melanjutkan bahwa beberapa lokasi di Indonesia sudah ada instalasi dan menjadi feature dari pembangkitan PLN yang berasal dari bioenergi, tetapi memerlukan proses yang cukup panjang agar dapat menghasilkan listrik. "Beberapa hasil riset menghasilkan data dari biofuel itu masih perlu beberapa proses sampai hasil yang didapatkan itu sesuai dengan PLN. Termasuk harus di transesterifikasi dan proses lainnya yang banyak membutuhkan Chemical Engineering agar hasilnya sesuai dengan desain pembangkitan", ujar Wicaksono.

Senada dengan Wicaksono, Farida mengatakan bahwa kendala terbesar adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam pemanfaatan bioenergi dan keberadaan teknologi yang bisa membuat harga bioenergi menjadi terjangkau. Farida berpesan kepada para akedemisi untuk ikut membantu turut serta memajukan pemanfaatan bioenergi di Indonesia. "Kami berharap pada rekan-rekan mahasiswa dan institusi pendidikan di Indonesia untuk ikut serta dalam mempercepat pengembangan bioenergi di Indonesia melalui penciptaan SDM yang andal, riset-riset yang dapat memudahkan dan menciptakan teknologi baru untuk mendukung dan pemanfaatan teknologi Bioenergi dengan biaya yang terjangkau dan tepat guna." Tutupnya. (DAN)

Bagikan Ini!