Batubara Gantikan Gas dan BBM Untuk Bahan Bakar Industri Pupuk dan Kilang LNG

Senin, 4 September 2006 - Dibaca 4182 kali

''Peningkatan pemanfaatan batubara selain untuk program percepatan pembangunan pembangkit listrik juga diprioritaskan untuk substitusi gas dan BBM sebagai bahan bakar di industri pupuk dan kilang LNG,'' papar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro saat menjelaskan rekomendasi Program Diversifikasi Energi saat Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR-RI, Senin (4/9) di Jakarta.

Pada Rapat Kerja yang dipimpin oleh Ketua Komisi VII DPR-RI Agusman Effendi itu juga diungkapkan prioritas lain peningkatan pemanfaatan batubara adalah untuk substitusi BBM di pembangkit listrik hybrid. Berdasarkan proyek percontohan langkah ini bisa mendatangkan penghematan bahan bakar hingga 80%.

Sedang pemakaian batubara untuk bahan bakar pada industri pupuk, dijadwalkan akan dimulai tahun 2009. Setiap tahun akan dibutuhkan batubara minimal sebanyak 4 juta sebagai substitusi terhadap sekitar 200 MMSCFD gas yang selama ini sebagai bahan bakar. Sedang untuk kilang LNG tahun 2009 membutuhkan batubara sekitar 18 juta ton untuk substitusi gas sebagai bahan bakar. Tahun selanjutnya semakin berkurang kebutuhan batubaranya.

Untuk mendukung langkah ini, menurut Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, perlu direkomendasikan untuk dilakukan percepatan pembangunan infrastruktur batubara (lex specialist). ''Selain itu juga direkomendasikan perlunya penyusunan kebijakan insentif untuk mendukung percepatan pemanfaatan low rank coal yang saat ini belum diproduksikan. Sedang jangka menengah perlu dikembangkan pemanfaatan energi alternatif lain khususnya CBM dan EBT lain,'' papar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro.

Program diversifikasi memang mendesak untuk dilakukan. Terlebih lagi, seperti diungkap Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, saat ini komponen biaya utama di semua sektor adalah untuk pengadaan energi dari BBM dan gas. ''Tingginya harga minyak internasional, membuat kebutuhan BBM dan gas menyebabkan subsidi besar,'' ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro. Untuk itu penghematan yang cukup signifikan akan dapat dilakukan jika penggunaan BBM dan gas dapat ditekan.

Namun memang harus diakui bahwa struktur harga energi masih belum mendukung diversifikasi dan konservasi energi. Selain itu masih ada ketidaksesuaian antara persebaran sumber pasokan dan konsumen energi sehingga membutuhkan infrastuktur energi. Perbedaan harga energi fosil di pasar internasional dengan dalam negeri yang disebabkan kemampuan atau daya beli masyarakat yang masih rendah. Serta ketidakstabilan pasar dan harga energi fosil.(*)

Bagikan Ini!