MGTC: Bangun Infrastruktur Gas, Indonesia Butuh US$ 48,2 Miliar

Rabu, 10 Mei 2017 - Dibaca 2533 kali

Jakarta, Untuk meningkatkan ketahanan energi nasional, menciptakan pemerataan pertumbuhan di seluruh wilayah Indonesia serta meningkatkan taraf hidup masyarakat, Pemerintah telah menyusun Roadmap Infrastruktur Gas Bumi Nasional Tahun 2016-2030 yang pembangunannya membutuhkan investasi sekitar US$ 48,2 miliar.

Sekretaris Ditjen Migas Susyanto dalam acara Migas Goes To Campus (MGTC) di Universitas Indonesia, Rabu (10/5), menjelaskan, potensi gas bumi Indonesia cukup besar yaitu 144,06 TCF terdiri dari cadangan terbukti 101,22 TSCF dan potensial 42,84 TSCF dengan produksi 7.754 MMSCFD. Proyek- proyek migas yang sedang dan akan berjalan saat ini, antara lain Blok A Aceh, Lapangan Jangkrik, Jambaran Tiung Biru, Madura, IDD Bangka, East Natuna, Tangguh Train 3, Masela dan Masambo. "Hasil produksi dari lapangan-lapangan tersebut antara lain digunakan untuk program listrik 35.000 MW yang membutuhkan gas sekitar 1.100 MMSCFD atau 20% dari total produksi nasional," tambah Susyanto.

Untuk mendukung pemanfaatan gas di lapangan-lapangan tersebut, Pemerintah telah menyusun Roadmap Infrastruktur Gas Bumi Nasional Tahun 2016-2030 yang pembangunannya membutuhkan investasi sekitar US$ 48,2 miliar. Infrastruktur yang akan dibangun hingga tahun 2030 yaitu jaringan pipa sebesar US$ 12 miliar, pencairan gas atau liquefaction US$ 25,6 miliar, SPBG dan CNG 1,93 miliar, regasifikasi US$ 6,1 miliar, jaringan gas untuk rumah tangga US$ 2,2 miliar dan LPG US$ 0,4 miliar.

a19e791e88f66a92bae0e582d97061cc.jpg

Lebih lanjut Susyanto menjelaskan, terkait pembangunan virtual pipeline, Pemerintah telah membagi dalam 4 klaster yaitu Klaster I Papua, Klaster I Maluku, Klaster I Nusa Tenggara can Klaster IV Natuna.

Selain itu, dilakukan pula program diversifikasi BBM ke bahan bakar gas untuk nelayan. Pada program ini, Pemerintah membagi paket konverter kit, mesin kapal dan tabung LPG untuk nelayan yang memiliki kapal di bawah 5 GT. Penghematan yang diperoleh tiap bulan sekitar Rp 700.000 dan untuk tahun 2017 akan dibagikan 24.000 paket. "Kita bantu nelayan-nelayan kecil yang tadinya menggunakan Solar, beralih ke LPG. Penghematannya mencapai 50%," kata Susyanto.

Pemerintah juga melakukan diversifikasi BBM ke bahan bakar gas untuk transportasi, di mana tahun ini akan dibagikan 5.000 konverter kit untuk kendaraan dinas dan angkutan umum, pembangunan pipa SPBG sepanjang 25 km dan 2 SPBG.

Sementara untuk pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga (jargas), dilakukan sejak 2009 dan hingga saat ini telah terbangun sekitar 186.000 sambungan rumah (SR), tersebar di 14 provinsi. Pembangunan infrastruktur ini ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah dengan penghematan sekitar Rp 20.000 per bulan jika dibandingkan menggunakan LPG 3 kg. Penggunaan jargas menghemat LPG sebanyak 36.000 ton per tahun atau setara Rp 207 miliar. Pada tahun 2017, jargas yang akan dibangun sekitar 59.000 SR di 10 lokasi.

ca8eeb297b576b8be3edc5c0d747a084.jpg

Untuk meningkatkan ketahanan BBM, Pemerintah juga akan membangun 2 kilang baru dan 4 kilang direvitalisasi. Dua kilang baru masing- berkapasitas 300.000 barel per hari, berlokasi di Tuban dan Bontang. Sedangkan kilang eksisting yang ditingkatkan kapasitasnya berlokasi di Cilacap, Balikpapan, Dumai dan Balongan. "Dengan pembangunan kilang ini, diharapkan kita tidak perlu mengimpor BBM lagi," ujar Susyanto.

Indonesia juga perlu membangun lumbung energi atau cadangan penyangga migas. Hingga saat ini Indonesia belum memilikinya, Padahal di negara-negara tetangga lainnya seperti Singapura, memiliki cadangan minyak 30 hari dan Vietnam 10 hari. Regulasi mengenai cadangan penyangga migas tengah diselesaikan Dewan Energi Nasional. "Kalau memiliki cadangan ini, jika terjadi apa-apa kita cukup kuat. Sekarang ini yang ada hanyalah cadangan operasional badan usaha sekitar 20 hingga 30 hari," paparnya.

Migas Goes To Campus (MGTC) merupakan kegiatan yang digagas oleh Ditjen Migas Kementerian ESDM dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan serta memberikan penyegaran kepada mahasiswa mengenai kegiatan dan kebijakan bidang minyak dan gas bumi di Indonesia. MGTC di Universitas Indonesia mengambil tema: Kebijakan Infrastruktur Migas Untuk Pemenuhan Energi Bagi Rakyat. Selain Susyanto, narasumber lainnya adalah Tri Hayati, Dosen Senior Hukum Administrasi Negara Universitas Indonesia. (TW)