Jadi Energi Transisi, Gas Masih Pegang Peran Penting di Asia Pasifik
Jakarta, Arah kebijakan energi nasional ke depan yaitu transisi dari energi fosil ke energi terbarukan menjadikan peran gas sebagai energi transisi menjadi lebih penting, antara lain lantaran faktor emisi karbonnya. Sumber energi bersih ini akan berkembang terutama di seluruh Asia Pasifik. Gas masih memainkan peran penting di negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Peran gas alam dalam transisi energi menjadi lebih penting karena sifat gas yang mudah ditransportasikan dan disimpan. Dan yang terpenting adalah faktor emisi karbonnya. Sumber energi bersih ini akan berkembang terutama di Asia Pasifik, termasuk Indonesia," ungkap Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji ketika menjadi pembicara dalam PYC International Energy Conference 2021 yang bertema "The Enhancement of Energy Security for a Sustainable Future", Kamis (7/10).
Tutuka menegaskan, Indonesia telah berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030 dan hingga 41% dengan dukungan internasional termasuk teknologi dan keuangan. Sektor energi berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 314 juta ton CO2e menjadi 398 juta ton CO2e pada tahun 2030 melalui pengembangan energi terbarukan, penerapan konservasi energi, serta penerapan teknologi energi bersih. Karena itulah, peran gas sebagai energi transisi sangat penting.
Sejak pertama kali diproduksikan tahun 1965, kebutuhan gas bumi untuk rumah tangga di Indonesia terus meningkat. Sebelumnya, gas lebih banyak digunakan untuk tujuan ekspor. Saat ini, lebih dari 60% produksi gas Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dalam Rencana Umum Energi Nasional, gas bumi ditargetkan mencapai porsi 24% dalam bauran energi nasional tahun 2050. "Cadangan Gas Indonesia antara lain menjadi salah satu faktor penentu target tersebut," tambah Tutuka.
Konsumen gas terbesar dalam negeri adalah industri sebesar 28,22%, listrik 12,04% dan pupuk sebesar 12,45%. Sedangkan 20,05% diekspor dalam bentuk LNG dan sebanyak 13,15% diekspor melalui pipa. Total konsumsi gas pada Juni 2021 mencapai 5.661,38 BBUTD.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya industri maupun pembangkit listrik, Pemerintah terus meningkatkan pembangunan infrastruktur dan pembangunan transmisi pipa gas. Antara lain, pipa Cirebon-Semarang tie in West Natuna Transportation System (WNTS)-Pemping dan Sei ruas Mangkei-Dumai. Selain itu, pengembangan pipa LNG skala kecil dan virtual untuk mengamankan pasokan energi di daerah-daerah yang terkendala faktor geografis, seperti di pulau-pulau kecil terutama yang berlokasi di bagian timur Indonesia.
Indonesia menargetkan produksi gas bumi sebesar 12 BSCFD pada 2030. Berdasarkan pengukuran Neraca Gas Indonesia, diperkirakan ada potensi surplus untuk memasok kebutuhan industri baru di dalam negeri atau untuk diekspor. (TW)