Teknologi Digital dan EBT, Dua Pendorong Transisi Energi

Rabu, 7 Juli 2021 - Dibaca 632 kali

Teknologi digital dan EBT adalah dua pendorong terkuat untuk transisi energi yang sedang berlangsung. Untuk menjaga stabilitas sistem ketenagalistrikan dan mengakomodir peningkatan pemanfaatan energi terbarukan, diperlukan digitalisasi dan modernisasi infrastruktur kelistrikan. Selain interkoneksi, upaya digitalisasi dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dilakukan melalui pendekatan Intenet of Things (IoT), dimana dengan Smart Grid dimungkinkan adanya komunikasi antara supply dan demand listrik.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial pada acara Ulang Tahun Ke-6 Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI), Rabu (7/7/2021). Menurut Ego, PJCI menguasai teknologi dan EPC jaringan listrik yang merupakan infrastruktur utama untuk dapat mengakomodasi volatilitas operasional Variable Renewable Energy (VRE). Implementasi smart grid sendiri disebutnya telah masuk dalam perencanaan pemerintah.

"Implementasi Smart Grid telah masuk sebagai program dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 - 2024" ucap Ego.

Hingga saat ini, terdapat setidaknya lima lokasi pengembangan smart grid yang telah dilakukan di Sistem Jawa Bali yaitu: Advance Metering Infrastructure (AMI) untuk pelanggan PLN di Jakarta, Digital Substation Sepatan II, Digital Substation Teluk Naga II, Reliability Efficiency Optimization Center (REOC) pada sistem milik Indonesia Power, serta Remote Engineering, Monitoring, Diagnostic and Optimization Center (REMDOC) pada sistem milik PT PJB.

Wacana Super Grid Nusantara juga disebut Ego sebagai solusi potensial untuk meningkatkan pengembangan energi terbarukan dengan tetap menjaga sistem kelistrikan yang stabil dan aman. Super Grid ini akan menghubungkan jaringan listrik antar pulau besar serta Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara.

"Dengan adanya super grid memungkinkan setiap wilayah untuk mengimpor dan mengekspor pasokan listrik di saat adanya krisis kekurangan atau kelebihan energi berbasis EBT," ucapnya.

Dalam rangka meningkatkan investasi EBT, Ego mengatakan bahwa Pemerintah telah memberikan insentif fiskal dan non-fiskal seperti tax allowance, fasilitasi bea masuk, serta tax holiday.

"Kami terus berusaha untuk dapat memberikan bentuk-bentuk insentif dan instrumen keuangan baru dalam meningkatkan minat para investor," ujarnya.

Untuk mencapai target-target dalam pembangunan EBT, disebut Ego membutuhkan regulasi yang dapat memberikan kepastian dan keamanan berusaha. Pemerintah sendiri disebutnya telah membuat Rancangan Peraturan Presiden terkait harga pembelian tenaga listrik EBT dan perbaikan peraturan Menteri ESDM terkait PLTS Atap, serta terus mendorong penyelesaian Rancangan Undang-Undangan EBT.

Acara yang mengangkat tema Renewable Energy - Energy Transition "Nusantara Super-Grid" diselenggarakan oleh PJCI untuk mempromosikan kepedulian terhadap pengembangan dan penggunaan energi terbarukan melalui partisipasi aktif masyarakat di Indonesia. Founder PJCI Eddie Widiono mengungkapkan bahwa partisipasi aktif tersebut diharapkan dari masyakarakat secara umum, stakeholder serta komunitas di institusi Litbang, pendidikan, pers, LSM atau kelompok masyarakat tertentu lainnya di Indonesia

Ego berharap dengan ulang tahun keenam ini, PJCI dapat terus memberikan sumbangsih pemikiran bagi percepatan pengembangan energi baru terbarukan dan ketenagalistrikan di Indonesia khususnya dalam menciptakan Smart Grid Indonesia. (PSJ)