Pertemuan AMEM ke-38, Menteri ESDM Dorong Penggunaan Teknologi Energi Bersih dan Rendah Karbon

Sabtu, 21 November 2020 - Dibaca 733 kali

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan perlunya transisi energi ASEAN yang tidak hanya berfokus pada peralihan bahan bakar fosil ke energi terbarukan, tetapi juga peralihan ke pilihan energi dan teknologi yang lebih bersih serta terjangkau. Ia menyampaikan hal tersebut dalam Pertemuan ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) ke-38 yang diselenggarakan pada 19-20 November 2020 secara virtual oleh Vietnam sebagai tuan rumah. Arifin didampingi Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana selaku Senior Official on Energy (SOE) leader Indonesia dan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Mulyana.

"Indonesia berharap kerja sama dalam ASEAN Forum on Coal dapat menjadi think tank untuk mempromosikan penggunaan Clean Coal Technology bersamaan dengan pergerakan ASEAN ke arah transisi energi yang lebih bersih dan ekonomi rendah karbon," ujar Arifin, Jumat (20/11/2020). Ia menyebut Indonesia menginisiasi Clean Coal Technology, Centre of Excellence (CCT COE) dan mengharapkan dukungan seluruh negara anggota ASEAN dalam pembangunan CCT COE ini sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan citra batu bara melalui teknologi batu bara yang lebih bersih. Fasilitas ini direncanakan berlokasi di Sentra Teknologi Batubara Palimanan, Jawa Barat.

Berdasarkan The 6th ASEAN Energy Outlook (AEO6), batu bara diprediksi akan tetap menjadi bahan bakar yang siginifikan dalam bauran energi pembangkit listrik hingga 2040, dengan pertumbuhan 4% per tahun dan sekitar 179 gigawatt tambahan kapasitas pembangkit. Dalam AMEM ke-38 ini, para Menteri Energi ASEAN bersepakat untuk memperkuat peran CCT termasuk melalui high-efficiency-low-emission (HELE) coal, teknologi peningkatan kualitas batu bara, gasifikasi batu bara, biomass co-firing, dan carbon capture utilisation and storage (CCUS). Semua ini bertujuan untuk memfasilitasi transisi energi menuju ekonomi rendah karbon yang berkelanjutan. Para Menteri Energi ASEAN berkomitmen melanjutkan transisi energi ini demi energi masa depan yang berkelanjutan meskipun menghadapi tantangan akibat pandemi COVID-19 yang mempengaruhi sektor energi secara global dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Target penurunan intensitas energi ASEAN sebesar 20% pada tahun 2020, telah dicapai lebih dini pada tahun 2018 sebesar 21%. Pencapaian ini membuat ASEAN optimis dapat meraih target baru pengurangan intensitas energi sebesar 32% pada tahun 2025. Sementara itu, ASEAN masih menghadapi tantangan dalam usaha meraih target bauran energi terbarukan, yang pada tahun 2018 sebesar 13,9% dari total suplai energi primer. Angka ini masih cukup jauh dari target 23% pada tahun 2025, namun ASEAN bersepakat menambahkan target kapasitas terpasang energi terbarukan di pembangkit tenaga listrik mencapai 35% tahun 2025. Dalam rangkaian pertemuan ini, para Menteri Energi ASEAN juga melakukan pertemuan East Asia Summit Energy Minister Meeting (EAS-EMM) yang meliputi AMEM+3 (Jepang, Korea, Tiongkok) ditambah Amerika Serikat, Australia, India, Selandia Baru, dan Rusia. Pertemuan AMEM ke-38 juga menghadirkan organisasi internasional International Energy Agency (IEA) dan International Renewable Energy Agency (IRENA) untuk melihat perspektif energi global dan kaitannya dengan kawasan ASEAN. (DPR/RZ/AMH)