Pemerintah Dorong Penggunaan Smart Grid untuk Tingkatkan Penetrasi EBT

Jumat, 22 Oktober 2021 - Dibaca 845 kali

Untuk mendukung penetrasi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi, pemerintah mendorong penggunaan smart grid. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana menyampaikan smart grid menjadikan sistem pengaturan tenaga listrik lebih efisien dan menyediakan keandalan pasokan tenaga listrik yang tinggi.

"Smart grid juga mendukung pemanfaatan sumber energi terbarukan dan memungkinkan partisipasi pelanggan dalam penyediaan tenaga listrik," ujar Rida dalam pembukaan PJB Connect secara daring, Jumat (22/10/2021).

Ia menyebut berdasarkan laporan yang diterima, salah satu on going project dari PT PJB yang berkaitan dengan implementasi smart grid di Indonesia adalah Remote Engineering, Monitoring, Diagnostic, and Optimization Center (REMDOC). Rida mengatakan project tersebut sudah memasuki stage II. Pada Juli 2020, sebanyak 14 dari 28 pembangkit sudah terintegrasi.

"Besar harapan kami kepada para pelaku usaha ketenagalistrikan untuk terus berkomitmen dalam pengembangan smart grid yang menjadi salah satu kunci sukses transisi pemanfaatan energi yang lebih ramah lingkungan," kata Rida.

Rida mengungkapkan arah kebijakan energi nasional ke depan adalah transisi dari energi fosil menjadi EBT sebagai energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Menurutnya, hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia pada Paris Agreement yaitu penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sesuai dengan Nationally Determined Contributions (NDC) pada 2030 sebesar 29% dari Business as Usual (BaU) dengan kemampuan sendiri dan 41% dengan Bantuan Internasional.

"Saat ini komitmen untuk mengatasi perubahan iklim disikapi dengan roadmap menuju Net Zero Emission (NZE). Pemerintah sudah mengarah ke sana," tutur Rida.

Ia lantas menyampaikan tantangan yang harus dihadapi menuju NZE di antaranya adalah mengurangi emisi yang ada saat ini khususnya pada sektor pembangkitan. Sementara penggunaan batubara di pembangkit saat ini cukup besar dan relatif murah. Selain itu, industri juga dituntut untuk menggunakan energi yang rendah karbon agar dapat diserap oleh pasar global.

"Pengembangan kelistrikan ke depan terutama di sisi pembangkitan mengarah kepada teknologi dan sumber daya yang ramah lingkungan, seiring dengan upaya PLN selaku BUMN subsektor ketenagalistrikan dan Pemerintah untuk bertransisi ke Net Zero Emission," ujarnya.

Senada, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM Nurul Ichwan menyampaikan bahwa sejak 2015 sudah ada komitmen dari dunia internasional untuk mengurangi emisi karbon dan rencananya sampai 2050 sudah mencapai NZE.

"Dari sisi bisnis dan investasi, pelaku usaha merespon lebih agresif atas emisi karbon. Beberapa dari mereka justru punya target 2040 sudah zero carbon," ujar Nurul Ichwan. Ia menyampaikan Uni Eropa bahkan sudah mengajukan aturan mengenai Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM). Regulasi ini menetapkan bahwa pada 2023 semua barang ekspor yang masuk ke Uni Eropa akan dicatat kontribusi karbon dalam proses produksinya.

PJB Connect adalah gelaran tahunan yang diselenggarakan oleh PT PJB untuk merayakan ulang tahunnya sekaligus memeriahkan Hari Listrik Nasional. Acara ini bertujuan untuk menghubungkan stakeholder ketenagalistrikan seluruh dunia serta meningkatkan perfoma ketenagalistrikan Indonesia. Tahun ini, PJB Connect mengambil tema "Go to Market" yang dilaksanakan pada 22-29 Oktober 2021 berupa e-conference dan virtual exhibiton. (AMH)