Industri Ketenagalistrikan Menghadapi Era Industri 4.0

Kamis, 15 November 2018 - Dibaca 10230 kali

Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Andy N. Sommeng memberikan keynote speech pada acara Seminar Nasional ke-6 Forum Emergizing Indonesia di Jakarta (14/06).
Tema seminar ini adalah Energi Untuk Bangsa "Mewujudkan Ketahanan Energi Nasional".

Revolusi industri ke-empat (Industry 4.0) telah banyak berdampak pada proses dan aktivitas yang selama ini dilakukan. Saat ini mulai terbentuk suatu sistem yang menimbulkan konektivitas dan interaksi tanpa batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya untuk menciptakan efisiensi dan optimalisasi secara maksimal. Hal ini juga mempengaruhi sektor industri ketenagalistrikan yang juga mengalami transformasi menuju Electricity 4.0.

Majunya perkembangan teknologi IoT yang sangat cepat, mendorong terjadinya 3 (tiga) trend utama yang akan bertemu menjadi satu dan mengubah sistem ketenagalistrikan yang kita kenal saat ini, yaitu Electrification, dengan ketersediaan energi listrik yang cukup maka mendorong terciptanya penggunaan listrik untuk tujuan lain, seperti untuk transportasi (Electric Vehicle). Kemudian Decentralization yang didorong oleh penurunan biaya sistem sumber energi terdistribusi (Distributed Energy Resources-DER) atau dikenal juga dengan pembangkit tersebar (Distributed Generation-DG), seperti biaya solar PV dan storage. Terkahir Digitalization, didorong dengan munculnya dan berkembangnya dengan sangat cepat Internet of Things (IoT) dan peralatan-peralatan yang smart, seperti smart meter, smart sensor, smart appliances and devices.

Adanya perkembangan yang sangat cepat akan ke-tiga trend teknologi tersebut, diprediksikan akan menyebabkan perkembangan sistem energi di masa depan mengalami perubahan yang sangat signifikan, antara lain yaitu konsumen listrik akan mengalami transformasi dari semula sebagai pelanggan listrik suatu utilitas listrik, berubah menjadi memproduksi, menyimpan, dan menjual listrik kepada utilitas listrik atau sesama konsumen listrik. Berkembangnya teknologi otomatisasi dan analisis, konsumen listrik akan semakin cerdas untuk memanfaatkan listriknya se-efisien mungkin dengan penggunaan peralatan-peralatan cerdas, seperti antara lain smart meters and digital infrastructure, dan smart devices.

Fenomena transisi energi khususnya di bidang ketenagalistrikan adalah suatu keniscayaan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi leaders, peneliti dan pelaku pasar
untuk bisa merespon dan beradaptasi dengan upaya maksimal melalui kebijakan yang inovatif dan pengembangan model-model bisnis baru. Kemampuan suatu entitas bisnis dan pengambil kebijakan bersama-sama merespon perubahan secara
cepat, kreatif dan kolaboratif akan menentukan kecepatan
dan bentuk dari transisi energi tersebut. Diharapkan dengan kolaborasi tersebut akan
menciptakan kemampuan yang memadai untuk menjaga keseimbangan Energy Trilemma (security, equity, sustainability).

Pemerintah atau pengambil kebijakan juga harus mampu merencanakan secara tepat dalam menjalani proses transisi ini guna
mengantisipasi dampaknya pada sistem energi nasional dan pemberlakuan kebijakan yg tepat bagi pelaku pasar.

"Saya berharap seminar ini akan mampu mengumpulkan berbagai options dan pemikiran-pemikiran inovatif dalam rangka
menghadapi perubahan yang cepat dalam tatanan energi global, serta menjadi bahan masukan bagi instrumen kebijakan yg tepat
guna memperkokoh ketahanan energi nasional," tutup Andy. (UH)