Generasi Milenial dan Kontribusinya dalam Pengembangan EBT

Senin, 7 Desember 2020 - Dibaca 721 kali

JAKARTA -Tren transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan yang terjadi secara global saat ini, membuka peluang yang selebar-lebarnya bagi masyarakat, terlebih bagi generasi milenial untuk turut berkontribusi. Partisipasi komunitas dan kelompok generasi milenial di berbagai level menjadi penting dan diperlukan sebagai salah satu faktor pendukung upaya Pemerintah dalam melaksanakan program percepatan pengembangan energi baru terbarukan (EBT) agar target bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025 dapat tercapai.

Bekerja sama dengan Society of Renewable Energy (SRE) dan Energy Academy Indonesia (ECADIN), Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menggelar acara Job Fair & Virtual Training bertajuk "Welcoming Renewable World" untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa dan talenta Indonesia mengenai kesempatan belajar dan berkarier pada bidang EBTKE di Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan pada 5-6 Desember 2020 secara virtual dan dibuka oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Dadan Kusdiana. Di hadapan sekitar 4.000 peserta, Dadan mengajak seluruh peserta yang sebagian besar berasal dari kalangan mahasiswa atau kelompok pemuda untuk berkontribusi dalam upaya percepatan pengembangan EBTKE yang tengah dilaksanakan oleh Pemerintah saat ini.

"Tahun 2019 energi terbarukan yang digunakan secara nasional sebesar 9,2% yang berasal dari pembangkit panas bumi, air, surya, biomassa, biogas, dan tenaga angin. Nah, sekarang perhitungan KESDM sudah 10,9%, hampir 11%. Tapi target kita 23% jadi kalau angkanya ditarik kita baru bisa mendekati ke angka 23% karena waktunya tinggal 5 tahun. Jadi fokusnya sekarang bagaimana Pemerintah menaikkan angka dari 10 menjadi 23 dalam 5 tahun kedepan, tentunya perlu dukungan dari semua pihak termasuk generasi muda", tutur Dadan.

Ia menjelaskan bahwa percepatan pengembangan EBT yang dilaksanakan oleh Pemerintah tetap mempertimbangkan realitas kebutuhan energi dan keekonomian yang wajar dengan memberikan kesempatan pertama kepada energi terbarukan dan meminimalkan intermitancy factor. Strategi percepatan EBT yang tengah dilaksanakan oleh Pemerintah diantaranya mensubstitusi energi primer/final dengan tetap menggunakan eksisting teknologi; implementasi program pemanfaatan biodiesel melalui B30-B50, pengembangan co-firing dan pemanfaatan RDF, konversi energi primer fosil melalui penggantian teknologi pembangkit/konversi dimana PLTS atau PLTU digantikan dengan PLT EBT, biogas dan pellet untuk memasak, penambahan kapasitas EBT untuk memenuhi demand baru dan berfokus pada pengembangan PLTS, serta pemanfaatan EBT Non Listrik/Non BBN seperti briket dan pengeringan produk pertanian biogas.

bd74e6d22b573943c3606bc320f032d7_p.jpeg

Tantangan selanjutnya, menurut Dadan, untuk mencapai persentase yang semakin besar membutuhkan kapasitas pembangkit EBT yang semakin besar pula. Selain itu, keberadaan pembangkit lain yang eksisting tidak dapat disingkirkan begitu saja seperti pembangkit batu bara.

"Kemampuan di Indonesia bahwa energi merupakan kebutuhan dasar untuk proses ekonomi dan kehidupan. Kan kita masih dalam taraf bagaimana kita mendapatkan listrik yang baik yang harganya affordable, jadi proses ini merupakan proses transisi nanti secara bertahap kita akan perbesar pangsa energi terbarukan dengan tetap memastikan bahwa pertumbuhan ekonominya berjalan dengan baik," tandasnya.

Dadan berharap forum ini dapat mempercepat pemanfaatan energi terbarukan khususnya untuk skala kecil atau yang berbasis pemanfaatan teknologi yang terbaru. Ke depan akan bermunculan teknologi yang bisa mendukung peningkatan pemanfaatan energi terbarukan misalnya virtual power plant. Generasi muda kini lebih adaptif dan lebih akrab dengan digitalisasi dan jaringan internet.

"Kita tidak bisa menolak perubahan yang dinamis sekarang, jadi kita sekarang sedang bertransisi ke energi bersih. Kita tidak bisa tidak mau karena gak mungkin, jadi jalur yang adik-adik sedang tekuni sekarang mencoba perdalam energi terbarukan menurut saya jalur yang paling pas, secara pengusahaan, komersialisasi, dan lapangan kerja nanti akan semakin besar di dunia," pungkas Dadan.

Hadir sebagai pembicara di kegiatan ini, perwakilan mahasiswa dari Politeknik Negeri Semarang (POLINES), Politeknik Negeri Bandung (POLBAN), Universitas Prasetya Mulya, dan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang masing-masing menyampaikan pengenalan juruan terkait EBT, serta Ketua Komite Eksekutif dari Indonesian Accreditation Board for Engineering Education (IABEE) yang memaparkan akreditasi program studi. Sementara untuk sesi pelatihan, hadir sebagai instruktur adalah perwakilan dari BP SDM ESDM yang memberikan materi teknis tentang PLTS off-grid dan rooftop dan perwakilan dari 5 perusahaan nasional dan multinasional yang memberikan pelatihan interview. (RWS)