One Hour University Menteri ESDM : Leadership is Responsibility

Kamis, 8 Februari 2018 - Dibaca 2890 kali

JAKARTA - BPSDM ESDM menggelar One Hour University dengan narasumber, Menteri ESDM, Ignasius Jonan, yang menjelaskan mengenai Leadership, di Gedung Sekretariat Jenderal KESDM, Kamis (8/2).

Dalam paparannya, Jonan mengatakan bahwa Leadership is responsibility, menjadi pemimpin itu tanggung jawab bukan hanya popularitas, pemimpin harus punya komitmen membangun bangsa dan ada hasilnya. Paling penting bagi pemimpin adalah bisa menjadi contoh. "Kalau kamu nggak bisa apa-apa, ya kasih contoh. Banyak saya lihat di organisasi kita ini, pemimpin tidak pernah memberi contoh," jelas Jonan. Banyak pemimpin yang hanya memikirkan diir sendiri, bagaimana bisa naik jabatan dan sebagainya, tidak pernah memikirkan anak buah dan bagaimana kinerjanya.

Jonan seringkali merasa heran saat pelantikan, pejabat yang dilantiik kebanyakan malah tersenyum karena dilantik, "padahal naik jabatan itu berati mendapatkan tanggung jawab yang lebih besar, bukan hanya sekedar ranking atau privilege, tapi malah senyum-senyum," guraunya. Menurutnya, memimpin itu harus ada manfaatnya bagi lingkungan sekitar, harus ada nilai tambah untuk organisasi. Menjadi pemimpin juga harus mampu menciptakan visi yang mampu dijalankan, jangan terlalu mengada-ada, pertimbangkan pula dampak jangka panjangnya.

Dalam kepemimpinan, perlu diperhatikan soal teamwork. Ia menghimbau kepada seluruh peserta yang hadir untuk mampu menjalin kerjasama yang baik dengan timnya, apalagi sebagai seorang pemimpin. "Pikirkan bagaimana bikin teamwork yang baik, lingkungan makin lama makin dinamis, kalau tidak ada teamwork ya outputnya pasti rendah," jelasnya.

Menurutnya, seseorang yang cenderung sekolah sangat tinggi, kecenderungannya tidak bisa memimpin orang lain dengan baik dan menjadi egois. Sifat inilah yang harus dibuang jauh-jauh, karena pemimpin yang seperti itu susah dimengerti maunya dan jika dimengerti pun perintahnya tidak bisa dijalankan, akan menjadi percuma. "Orang-orang yang kebanyakan sekolah cenderung egois dan tidak kreatif," ujarnya.

Steve Jobs merupakan contoh pemimpin yang baik, ia merupakan anak hasil adopsi dan tak lulus sekolah, ia bisa membuat perusahaan sebesar Apple. Sedangkan kita, yang sekolah dibiayai negara dan tak berbuat apa-apa untuk negara, harusnya malu. Seperti Jobs, leadership itu tidak hanya bicara tapi menghasilkan apa yang diharapkan. Asalkan tidak melanggar hukum dan etika, sah saja pemimpin melakukan gebrakan. "Badan pengembangan dan penelitian saya jadikan BLU, saya ingin lihat bisa tidak. Kalau hanya riset saja kan mudah," tegasnya. (rwp)