Wamen ESDM "Provokasi" Akademisi Untuk Peduli Ketahanan Energi Nasional

Monday, 16 December 2013 - Dibaca 2070 kali

JOGYAKARTA - Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral mengajak kalangan akademis Universitas Gadjah Mada untuk bersama Pemerintah memikirkan dan mencari solusi ketahanan energi nasional. Kolaborasi pemerintah dengan akademisi akan membuahkan sinergi yang produktif dan konstruktif bagi program ketahanan energi nasional.

" Saya disini sebagai provokator, memprovokasi UGM untuk nomor satu, menyikapi dan mengerti mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi oleh bangsa kita ini, oleh pemerintah dalam menyediakan energi yang cukup untuk pembangunan bangsa," ujar Wamen ESDM, Susilo Siswoutomo usai membuka Kongres Nasional Ketahanan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia di Universitas Gadjah Mada, Jogyakarta, (Senin, 16/12/2013).
"Kebutuhan energi yang cukup untuk pembangunan ekonomi dan penduduk," lanjut Wamen.

Ketahanan energi nasional bukan hanya tanggung jawab pemerintah namun tanggung jawab seluruh komponen bangsa termasuk akademisi karena itu Wamen ESDM, mengajak kalangan akademisi Universitas Gadjah Mada untuk memberikan kontribusinya untuk bangsa Indonesia dalam bidang energi. "Program-program Pemerintah dengan akademisi supaya singkron dan saling mendukung karena tantangan kebutuhan energi kita baik BBM maupun listrik terus meningkat ," imbuh Wamen.

Lebih lanjut Wamen menjelaskan, "Saya minta kalangan akademisi UGM untuk melakukan trobosan-trobosan, mengaplikasikan riset-riset yang mereka hasilkan untuk membantu Pemerintah, nomor satu, mengurangi import BBM misalkan dalam biodisel, penyediaan listrik dengan mikrohidro, dari minihidro dari sampah yang bisa langsung diaplikasikan".

Menurut Wamen, apa yang akan dilakukan kalangan akdemisi tidak harus didukung kalangan industribesar karena lanjut Wamen itu terlalu "lebar" . "Penyediaan energi dasar itu sebetulnya tidak memerlukan industri yang besar, misalkan, menyediakan energi untuk satu kampung, itu memerlukan palikasi-aplikasi yang bisa dilakukan dengan tukang-tukang biasa tidak memerlukan industri seperti Astra, Toyota atau industri turbin besar justru itu pemberdayaan daripada bengkel-bengkel masyarakat," ujar Wamen.

"Penerapan teknologi tepat guna, nomor satu, yang murah meriah yang kedua tercapai yang ketiga gampang aksesnya,"tukas Wamen. (SF)

Share This!