Indonesia Tengah Alami Perubahan Paradigma Pengelolaan Energi

Friday, 27 July 2007 - Dibaca 8884 kali

"Pada saat yang sama kami juga terus berusaha menekan subsidi BBM. Sebab jumlah subsidi semakin memberatkan anggaran dan keuangan negara," ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro saat memberikan sambutan penutupan pada acara ENERGY SECURITY: A DEFINING ISSUE IN EAST ASIA CONFERENCE AND ROUNDTABLE yang berlangsung di The Four Seasons Hotel, Jakarta, Kamis (27/7).

Acara yang berlangsung dua hari itu diikuti oleh delegasi dari seluruh anggota ASEAN. Selain itu juga dihadiri oleh kalangan ahli dari Jepang, India, China, Korea, Selandia Baru dan Australia. Selain mengadakan diskusi dijadwalkan peserta akan meninjau pabrik biofuel di tiga lokasi.Diuraikan oleh Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro saat ini posisi Indonesia tergolong unik. Selain sebagai produsen sekaligus juga sebagai konsumen energi. Oleh sebab itu kendati terus melanjutkan ekspor minyak dan gas bumi, juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus bertambah.

"Kami tengah menghadapi dua tantangan besar ini," ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro. Indonesia selain mengembangkan dan memanfaatkan energi fosil juga energi baru dan terbarukan. Hanya saja jika energi fosil berkembang dalam skala besar, energi baru dan terbarukan masih sangat kecil. Oleh sebab itu ketergantungan terhadap energi fosil juga masih besar, lebih dari 50%.

Namun Indonesia berusaha mengamankan pasokan energi. Kebijakan energi nasional mentargetkan adanya energy mix hingga tahun 2025. Posisi minyak bumi secara bertahap bisa digantikan dengan sumber energi lain yaitu batubara, gas, panas bumi serta energi baru dan terbarukan termasuk biofuel. Untuk energi baru dan terbarukan diharapkan pemanfaatannya akan terus meningkat hingga tahun 2025 sebesar 25% untuk biofuel, sebesar 5% untuk biogas, nuklir, solar sel dan energi angin. Panas bumi meningkat 5% dan batubara cair sebesar 2 %. Secara keseluruhan energi baru dan terbarukan diharapkan pemanfaatannya meningkat hingga sebesar 70%.

Cadangan batubara yang banyak tersebar di Kalimantan dan Sumatera diarahkan sebagai bahan bakar sejumlah pembangkit listrik baru. Selain itu juga dikembangkan menjadi coal liquefaction, coal gasifikasi, briket serta bahan bakar bersih lingkungan. "Selain itu kami juga mengembangkan Coal Bed Methane atau CBM untuk memenuhi lonjakan kebutuhan gas di dalam negeri," ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro.

Pengembangan energi di Indonesia dihadapkan pada masih adanya dua tantangan besar. Pertama masih minimnya infrastruktur untuk mengakses lokasi sumber energi. Kedua masih belum terciptanya harga keekonomian energi. Dua hambatan ini antara lain membuat pengembangan panas bumi tidak berjalan dengan baik. Selain itu juga sulit membandingkan nilai keekonomian antara minyak bumi dengan biofuel atau energi baru dan terbarukan lainnya.

Share This!