Geomarin III Ikuti Parade Kapal Sail Komodo 2013

Tuesday, 17 September 2013 - Dibaca 1940 kali

NTT - "Sail Komodo 2013 menjadi momentum yang tepat untuk mempromosikan kekayaan bahari Indonesia kepada dunia. Acara seperti ini merupakan bagian dari tonggak sejarah kebangkitan negara kita di era pasifik," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saaat meresmikan puncak Sail Komodo 2013 di pantai Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, 14 September 2013.

Pada kesempatan tersebut kapal penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Geomarin III turut berpartisipasi parade kapal dan Sailing Pass pada acara puncak Sail Komodo 2013. Kapal penelitian laut dalam ini bergabung bersama 26 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, LIPI, Polisi Air, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan dan Kementerian Luar Negeri. Dua kapal perang asing juga turut serta memeriahkan acara, yakni kapal Landing Platform Dock (LPD) Republic Of Singapore Navy (RSN Endevour-210) dan kapal perang rumah sakit milik Angkatan Laut China (People Liberation Army Navy, PLA-Navy).

Ini merupakan kali pertama bagi kapal penelitian dari unit Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, bergabung dalam parade kapal Sail Komodo 2013. Pelayaran Geomarin III ini terlaksana karena menjadi bagian dari program penelitian dan pengembangan geologi kelautan di wilayah Indonesia Timur yang dicanangkan Puslitbang Geologi Kelautan untuk tahun 2013.

Sail Komodo 2013 yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, sebagai upaya pemerintah untuk mempercepat pembangunan daerah, mempromosikan tujuan wisata internasional, dan membangun keterpaduan dan sinergi program lintas kementerian dan lembaga dalam pelaksanaan pembangunan.

Sebelum Sail Komodo 2013, Puslitbang Geologi Kelautan telah berpartisipasi pada Sail Bunaken di Manado (2009), Sail Banda di Ambon (2010), Sail Wakatobi dan Bitong di Wakatobi dan Bitong (2011) dan Sail Morotai di Morotai (2012). Rangkaian Sail Komodo dimulai sejak enam bulan sebelumnya dan diisi berbagai kegiatan, seperti pelayanan kesehatan, bantuan ke pulau dan daerah terpencil, serta yacht rally yang diikuti oleh sejumlah negara.

Di samping mengikuti parade kapal, Puslitbang Geologi Kelautan juga memamerkan beberapa penelitian di sektor bahari, terutama penelitian di kawasan Indonesia Timur. Salah satu penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian potensi pemanfaatan arus laut. Energi arus laut merupakan salah satu bentuk energi yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik untuk mengatasi krisis energi yang terjadi di dunia saat ini. Berdasarkan analisa dan penelitian yang telah dilakukan, jika dimanfaatkan secara baik energi laut dapat memenuhi seluruh kebutuhan listrik terutama untuk masyarakat pesisir.

Wilayah laut Indonesia memiliki prospek bagus untuk dikembangkan menjadi energi alternatif. Indonesia mempunyai banyak pulau dan selat, sehingga arus laut akibat interaksi bumi-bulan-matahari mengalami percepatan saat melewati selat. Selain itu, Indonesia adalah tempat pertemuan arus laut yang diakibatkan oleh konstanta pasang surut (M2) yang dominan di Samudra Hindia dengan periode sekitar 12 jam dan konstanta pasang surut (K1) yang dominan di Samudra Pasifik dengan periode lebih kurang 24 jam. M2 adalah konstanta pasang surut akibat gerak bulan mengelilingi bumi.

Para peneliti Puslitbang Geologi Kelautan melakukan penelitian arus laut di Selat Larantuka pada tahun 2009. Lautan yang berada di antara pulau Flores, pulau Adonara dan pulau Solor tersebut merupakan wilayah Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian tersebut menggunakan turbin arus di dasarah sisi Timur Selat Flores, yang tidak jauh dari pemukiman penduduk.

Metode pengukuran yang dipergunakan adalah pengukuran kecepatan arus, arus statis, pola arus pasang surut, perhitungan daya selama surut. Prinsip kerja energi arus pasang surut ini sangat sederhana dan mudah untuk mengkonversi energi arus laut menjadi energi listrik, sehingga energi arus merupakan energi alternatif yang cukup menjanjikan bila diimplementasikan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan bahwa pemanfaatan arus laut untuk pembangkit tenaga listrik di kawasan pesisir, dipengaruhi oleh pemasangan alat dengan karakteristik dan spesifikasi yang sesuai kondisi daerah penelitian sehingga akan didapatkan kapasitas energi yang maksimal. Dalam mengimplementasikan pemanfaatan energi arus laut harus dipilih daerah yang relatif dekat dengan pantai agar energi dapat disalurkan dengan biaya rendah, cukup luas sehingga dapat dipasang lebih dari satu turbin dan bukan daerah pelayaran, daerah penangkapan ikan atau daerah konservasi terumbu karang.

Pemanfaatan energi arus saat ini masih mengalami sejumlah kendala karena pembangkit listrik tenaga arus harus bersaing dengan sumber energi konvensional karena penerapan teknologinya membutuhkan investasi awal yang lebih tinggi dari generator berbahan bakar fosil, selain itu biaya instalasi dan pemeliharaannya juga cukup besar. (ER)

Share This!