Program Hemat Energi Butuh Kesadaran Masyarakat
''Program hemat energi hanya bisa berhasil kalau masyarakat sadar dan betul-betul ingin melaksanakan. Jika tidak, sebaik apapun kebijaksanaannya maka tidak akan bisa jalan,'' ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro saat memberikan sambutan Seminar tentang 'Konservasi Energi' di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (25/6).
Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro memberikan contoh kesediaan masyarakat melakukan penghematan energi listrik karena adanya kerusakan pada infrastruktur kelistrikan. ''Seperti saat terjadi kerusakan pipa gas di teluk Jakarta beberapa waktu lalu. Jadi kadang masyarakat kita itu mau berhemat kalau sudah kepepet,'' ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro.
Pada saat yang sama kemarin juga berlangsung seminar 'Implementasi Pengehematan Energi Pasca Inpres nomor 10 Tahun 2005' yang berlangsung di auditorium gedung Departemen ESDM. Berdasarkan hasil rekomendasi seminar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan bahwa pelaksanaan penghematan energi dinilai masih belum optimal.
''Inilah evaluasi kita. Ini akan menjadi masukan dan bahan introspeksi kepada kita semua,'' ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro yang menutup seminar tersebut. Menurutnya, program penghematan energi dalam Inpres nomor 10 tahun 2006 memang lebih ditujukan kepada instansi pemerintah. Selanjutnya, instansi pemeirntah itulah yang diharapkan menjadi contoh bagi masyarakat melakukan hemat energi.
Secara umum, menurut Menteri ESDM, pemakaian energi di Indonesia saat ini masih tergolong boros. Indikasinya intensitas energi Indonesia masih tergolong besar. Menurut Ratna Ariati, Direktur Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi, Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi intensitas energi Indonesia lima kali intensitas energi Jepang. Padahal konsumsi energi masyarakat Indonesia masih seperlima masyarakat Jepang.
Sedang Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi Yogo Pratomo mengungkapkan saat ini laju pertumbuhan konsumsi energi di Indonesia mencapai 6,8 %. ''Ini jauh lebih besar dibanding dengan laju konsumsi energi di dunia yang hanya sekitar 2 %,'' ujar Yogo. Sebagai konsekuensinya pengurasan sumber energi yang di Indonesia juga berlangsung dengan cepat.
Meski demikian upaya penghematan energi selama setahun pasca Inpres nomor 10 tahun 2005 bukan tanpa hasil. Menurut Ratna Ariati, untuk konsumsi BBM sejak Juli 2005 mengalami penurunan untuk semua sektor. Penurunan terbesar terjadi pada konsumsi minyak bakar untuk sektor transportasi , rumah tangga dan industri sedangkan terkecil untuk konsumsi premium bagi sektor transportasi.
Share This!