Menteri ESDM : Penting, Rekayasa Penanggulangan Dampak Pengambilan Air Tanah

Thursday, 6 September 2007 - Dibaca 7716 kali

'Rekayasa penanggulangan dampak pengambilan air tanah ini sangat penting. Oleh sebab itu perlu didukung oleh peraturan yang tepat dan juga diperlukan adanya dukungan masyarakat" ujar Menteri ESDM saat membuka lokakarya Nasional Rekayasa Penanggulangan Dampak Pengambilan Air Tanah, Kamis (6/9) di Jakarta.

Menurut Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro air tanah selain memiliki fungsi ekonomi, juga mengandung fungsi sosial dan lingkungan hidup. Untuk itu, guna menjaga keberadaan air tanah maka ketiga fungsi tersebut harus dijaga tetap seimbang. 'Dibutuhkan sinergi dan keterpaduan harmonis dari jajaran vertikal dan horisontal antar generasi,' ujar Menteri ESDM. Diingatkan, terjadinya kasus kerusakan lingkungan hidup akibat pengambilan air tanah secara besar-besaran, penyedotan air tanah yang tidak memperhatikan kemampuan aquifer, penggunaan air tanah yang boros serta pengambilan dan pemanfaatan air tanah secara tidak legal. Akibatnya terjadi penurunan muka air tanah dan instrusi air laut. Disamping itu, pembuangan sampah yang mencemari air tanah menyebabkan rusaknya sumber air tanah.

Kepala Badan Geologi, Bambang Dwijanto mengungkapkan bahwa salah satu penyebab krisis air tanah dunia sebagaimana terungkap dalam the 2nd World Water Forum di Den Haag adalah akibat kelemahan penyelenggaraan pengelolaan air di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Menghadapi kondisi itu, sejak tahun 2005 Indonesia telah mencanangkan 'Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air'.

Berbagai permasalahan yang timbul pada dasarnya akibat intervensi negatif manusia. Untuk mengurangi dan menghentikan hal tersebut perlu ada intervensi manusia yang positif. 'Kami berpendapat bahwa tidak ada kata terlambat dalam penanggulangan dampak air tanah ini. Oleh karena itu, aplikasi rekayasa teknologi merupakan salah satu cara untuk penanggulangan kerusakan air tanah. Aplikasi rekayasa teknologi yang telah memasyarakat antara lain pembuatan sumur resapan, situ (embung), parit resapan dan sebagainya,' ujar Bambang Dwijanto.

Share This!