Dibahas, Rencana Penyediaan Gas Sumbagut

Friday, 11 May 2007 - Dibaca 6406 kali

Rencana penyediaan gas bagi Sumatera bagian utara ini, jelas Dirjen Migas Departemen ESDM Luluk Sumiarso yang bertindak sebagai pimpinan rapat, harus dilakukan secepatnya mengingat wilayah tersebut termasuk salah satu region yang defisit gas.

"Jika tidak segera kita carikan solusinya, maka industri-industri di Sumbagut akan mengalami kesulitan menjalankan kegiatannya karena terkendala pasokan gas," kata Luluk.

Hal serupa juga diungkapkan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Sumatera Utara Washington Tambunan. Menurut Tambunan, jika pasokan gas tidak segera tersedia di Sumbagut, maka ancaman PHK berada di depan mata. Pihaknya, lanjut Tambunan, telah berusaha berkoordinasi dengan BP Migas dan PT Pertamina untuk menyediakan gas bagi industri ini. Namun tentu saja, hal itu tidak semudah membalik telapak tangan.

"Kami mengerti tidak mudah menyediakan tambahan gas 30% dalam waktu singkat. Karena itu kami mendukung rencana pemerintah untuk membuat rencana penyediaan gas bagi Sumbagut," ucap Tambunan.

Yang membuat kondisi di Sumbagut semakin sulit, selain ketersediaan gas yang kurang, juga infrastruktur yang belum ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan terobosan agar masalah gas ini dapat disediakan dalam waktu singkat. Salah satu solusi jangka pendek yang dibahas dalam Rencana Penyediaan Gas Sumbagut ini adalam pembangunan mini LNG/CNG receiving terminal.

Berkaitan dengan rencana jangka pendek ini, dilakukan presentasi FSRV dan SSRV. Dengan teknologi ini akan memudahkan pengangkutan dan penempatan LNG dari produsen ke Sumatera Utara dalam waktu singkat tanpa membutuhkan biaya tinggi dan tempat yang luas.

Floating Storage Re-gassification Vessel (FSRV) merupakan kapal LNG berkapasitas 125 m3 (2,8 juta mmbtu) atau 65 ribu m3 (1,4 juta mmbtu), tergantung kebutuhan, dilengkapi dengan fasilitas regassification. FSRV juga bertindak sebagai tangki pelampung LNG, sekaligus sebagai terminal. FSRV ditempatkan permanen sedekat mungkin dengan pantai, sehingga tidak memerlukan lahan yang luas di darat untuk tangki timbun.

Dengan sistem Shuttle Storage Re-gassification Vessel (SSRV), diperlukan hanya 1 kapal LNG yang berfungsi sebagai storage dan shuttle mengangkut kargo dari loading port ke disch port. Bila kargo habis, kapal kembali ke loading port mengambil kargo berikutnya. Selama SSRV berlayar mengambil kargo, pembangkit kembali menggunakan solar.

Share This!