Kepala Badan Geologi : Curah Hujan Tinggi Picu Gerakan Tanah Longsor Ponorogo
BANDUNG - Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Ego Syahrial menjelaskan bahwa bencana gerakan tanah longsor yang terjadi Sabtu (1/4) pukul 06:00 WIB tadi dipicu oleh curah hujan yang tinggi sejak jumat kemarin. Selain curah hujan, kondisi wilayah terkena longsoran juga merupakan wilayah perbukitan dengan lereng yang terjal. Kepala Badan Geologi meminta masyarakat tetap waspada karena selain curah hujan masih tinggi, wilayah terkena terdampak terletak pada Zona Kerentanan Tinggi.
Gerakan tanah longsor terjadi di RT 002/RW 001 dan RT 003/RW 001 Dukuh Tangkil, Desa Banaran Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Gerakan tanah terjadi pada hari Sabtu, tanggal 1 April 2017 pukul 06.00 WIB.
Kepala Badan Geologi memperkirakan bahwa gerakan tanah yang terjadi merupakan jenis gerakan tanah berupa longsoran aliran bahan rombakan yang memiliki sifat fisik tanah pelapukan yang gembur, bersifat lepas dan sarang sehingga air hujan cepat masuk kedalam tanah yang menyebabkan tanah menjadi jenuh sehingga bobot masa dan tekanan air pori tanah meningkat.
Selain sifat fisik yang lapuk dan gempur, adanya zona lemah berupa bidang lincir antara tanah pelapukan dan batuan dasar (batu pasir tufa dan tuf) dan kemiringan lereng yang terjal ( > 450 ) serta adanya perubahan fungsi lahan menjadi lading/tegalan dan perumahan menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah longsor di Ponorogo tersebut.
Akibat gerakan tanah longsor yang diperkirakan mencapai 800 meter dan ambles ke bawah hingga 10 meter ini dilaporkan sebanyak 22 rumah warga tertimbun, 24 orang selamat, 17 orang masih dinyatakan hilang dan 11 orang masih tertimpun longsor (BNPB). (SF)