Subsidi BBM Rp 35,17 Triliun, Subsidi Listrik Rp 42,6 Triliun

Selasa, 19 Juni 2007 - Dibaca 4258 kali

"Dirjen Migas dan Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi akan menguraikan rincian usulan besaran angka subsidi tahun 2008," ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Selasa siang (19/6) di Jakarta. Menteri mengatakan hal itu saat Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR-RI.

Rapat dipimpin oleh Ketua Komisi VII DPR-RI Agusman Effendi. Menteri ESDM didampingi oleh seluruh pejabat eselon I serta sejumlah pejabat eselon II dilingkungan Departemen ESDM. Selain dihadiri lengkap para Wakil Ketua Komisi VII DPR-RI, rapat juga dihadiri oleh para anggota komisi VII DPR RI.

Dirjen Migas Luluk Sumiarso yang memaparkan rincian skenario penurunan subsidi BBM itu mengungkapkan besaran alpha ditekan dari 14,1% menjadi 13,5%. "Pengurangan besaran alpha (biaya distribusi dan margin Pertamina) 2008 dari 14,1% menjadi 13,5%, dilakukan untuk menekan subsidi. Hal ini sudah dibahas dengan PT Pertamina dan Kementerian Meneg BUMN," ujar Dirjen Migas Luluk Sumiarso.

Diuraikan oleh Dirjen Migas Luluk Sumiarso pemerintah telah membuat sejumlah perkiraan perhitungan besaran subsidi. Perkiraan dibuat berdasarkan asumsi harga minyak mentah antara US$ 56-60 per barel dengan volume Premium yang disubsidi sebesar 16,95 juta kiloliter (KL), Minyak Tanah (Kerosene) sebesar 8,61 juta KL dan Solar 11 juta KL serta 1,28 juta ton LPG dan LPG setara minyak tanah sebesar 728,7 ribu ton. Sedang kurs sebesar Rp 9.300 dan Rp 9.400.

Perkiraan I, kurs Rp 9.300 dan harga minyak mentah US$ 56/barel, subsidi diperkirakan mencapai Rp 38 triliun. Perkiraan II, kurs Rp 9.300 dan harga minyak mentah US$ 57/barel, subsidi Rp 40,973 triliun. Perkiraan III, kurs Rp 9.300 dan harga minyak mentah US$ 58/barel, subsidi Rp 43,88 triliun. Perkiraan IV, kurs Rp 9.300 dan harga minyak mentah US$ 59/barel, subsidi Rp 46,788 triliun. Perkiraan V, kurs Rp 9.300 dan harga minyak mentah US$ 60/barel, subsidi Rp 49,69 triliun.

Perkiraan VI, kurs Rp 9.400 dan harga minyak mentah US$ 56/barel, subsidi mencapai Rp 39,81 triliun. Perkiraan VII, kurs Rp 9.400 dan harga minyak mentah US$ 57/barel, subsidi sekitar Rp 42,75 triliun. Perkiraan VIII, kurs Rp 9.400 dan harga minyak mentah US$ 58/barel, subsidi Rp 45,69 triliun. Perkiraan IX, kurs Rp 9.400 dan harga minyak mentah US$ 59/barel, subsidi Rp 48,63 triliun. Perkiraan X, kurs Rp 9.400 dan harga minyak mentah US$ 60/barel, subsidi mencapai Rp 51,5 triliun.

Sedang Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi J Purwono mengungkapkan subsidi listrik untuk tahun 2008 diusulkan menjadi Rp 42,6 triliun atau mengalami kenaikan Rp16,8 triliun dibandingkan APBN 2007 sebesar Rp25,8 triliun. Subsidi sebesar itu merupakan skenario maksimal dengan asumsi PT PLN mendapat marjin 5%. ''Sementara, kalau PLN tidak mendapat marjin maka subsidinya menjadi Rp36,93 triliun,'' ujar J Purwono.

Asumsi untuk menghitung skenario maksimal adalah konsumsi BBM 9,556 juta kiloliter, biaya pokok penyediaan (BPP) listrik Rp930,17 per kWh, pertumbuhan penjualan listrik 6,8 persen, susut jaringan 10,14 persen, harga minyak $US 60/ barel, dan nilai tukar Rp9.400.

Sedangkan, apabila memakai skenario minimal maka dengan marjin PLN lima persen, maka kebutuhan subsidi menjadi Rp38,21 triliun dan Rp32,73 triliun untuk marjin nol persen. Asumsi yang dipakai buat skenario minimal ini adalah konsumsi BBM 9,556 juta kiloliter, BPP listrik Rp896,1 per kWh, pertumbuhan penjualan listrik 6,8 persen, susut jaringan 10,14 persen, harga minyak $US 57/ barel, dan nilai tukar Rp9.400.

Bagikan Ini!