Pertumbuhan Industri Batubara Semakin Pesat

Senin, 4 Juni 2007 - Dibaca 13771 kali

"Selama tiga tahun belakangan ini Indonesia menempati posisi eksportir batubara terbesar setelah Australia dan Afrika Selatan," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro saat memberikan sambutan pembukaan pada acara CoalTrans ke 13 di Bali, Senin (4/6). Perkembangan ini antara lain dipicu oleh menurunnya ekspor batubara China dan meningkatnya harga minyak mentah.

Selama tahun 2006, diungkapkan produksi batubara mencapai 170 juta ton. Sebesar 127 juta ton untuk memenuhi pasar ekspor dan 45 juta ton untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Angka ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kondisi tahun 1996. Saat itu produksi batubara sekitar 12,1 juta ton, sebesar 9,7 juta ton untuk ekspor dan 3,3 juta ton untuk kebutuhan domestik.

Berdasarkan data dari World Coal Institute pada tahun 2006 volume pengapalan batubara dalam perdagangan internasional mencapai 508 juta ton. Dari jumlah tersebut kontribusi batubara asal Indonesia mencapai 21 %. Sedang jika untuk perdagangan kawasan Asia batubara Indonesia memiliki kontribusi sebesar 36%.

"Melihat permintaan yang terus bertambah, produksi tersebut juga akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan," papar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro. Pada tahun 2010 diperkirakan akan mencapai lebih dari 240 juta ton sebesar 150 juta ton diantaranya untuk memenuhi pasar ekspor. Sedang untuk kebutuhan dalam negeri mulai tahun 2009 akan meningkat tajam menjadi sekitar 75 juta ton dengan adanya program pembangunan PLTU 10 ribu MW.

Diingatkan oleh Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, pertumbuhan yang terus meningkat itu akan memiliki konsekuensi persoalan dan tantangan yang tidak ringan. Antara lain masalah pengangkutan serta penanganan produksi. Untuk itu kalangan pelaku industri batubara diminta untuk bersama-sama mengatasi masalah transportasi maupun pembangunan terminal batubara, baik di Kalimantan maupun di Sumatera.

Bagikan Ini!