Menteri ESDM Buka Diskusi Pengembangan SDM dalam Aspek Lingkungan Hidup

Rabu, 5 September 2007 - Dibaca 7234 kali

Demikian disampaikan menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro ketika membuka diskusi mengenai Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Aspek Lingkungan Hidup di auditorium gedung Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rabu (5/9), Pada acara yang dihadiri oleh stakeholder sektor ESDM tersebut, hadir sebagai pembicara adalah Prof. Emil Salim. 'Selama ini sektor ESDM sering dinilai sebagai pihak yang menimbulkan dampak negatif terhadap Lingkungan Hidup. Untuk itulah dalam diskusi ini kita ingin dibuka saja semuanya. Kita undang Prof Emil Salim yang memiliki pengalaman yang luas dalam Lingkungan Hidup untuk memberikan pandangan dan pemikirannya,' ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro saat memberikan sambutan pembukaan. Pada acara yang dihadiri antara lain Sekjen Departemen ESDM Waryono Karno itu bertindak sebagai Moderator adalah Direktur Teknik dan Lingkungan Pertambangan, Ditjen Minerbapabum Soelarmo Witoro S.

Pada diskusi itu Prof Emil Salim mengungkapkan perlunya mengedepankan pembangunan sektor ESDM yang berkelanjutan. 'Sustainabilitas ESDM terletak pada modal kualitas sumber daya mineral dan sosial untuk membangun kesejahteraan,' ujar Prof Emil Salim yang pernah menjabat Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup ini. Menurut Prof. Emil Salim, perlu diperhatikan pemanfaatan lahan tambang setelah kegiatan tambang berakhir sehingga tidak meninggalkan beban yang besar bagi lingkungna. Disampaikan juga oleh prof. Emil Salim bahwa pemanfaatn energi di Indonesia masih belum efisien sehingga perlu dilakukan "decoupling" energi dengan pertumbuhan ekonomi, artinya ekonomi terus tumbuh tetapi penggunaan energi menurun (atau efisiensi energi meningkat) sambil mengingatkan perlunya dikembangkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan.

Indonesia, papar Prof Emil Salim, akan menghadapi tekanan lingkungan hidup yang bertambah berat. Pasalnya jumlah penduduk terus bertambah dan mencapai jumlah 300 juta di tahun 2030, namun luasannya tidak semakin lebar. Disisi lain tuntutan akan kesejahteraan semakin tinggi. Untuk itu diperlukan kemampuan mengelola Sumber Daya Alam (SDA) yang didasarkan pada ilmu pengatahuan dan teknologi. Menanggapi pernyataan Prof. Emil Salim, seorang peserta dari CPP Blok di Riau menjelaskan bahwa dengan teknologi pemboran miring, kawasan danau yang ada diatas sumber daya alam (migas) tidak mengalami gangguan. Dengan kata lain, lingkungan tetap terjaga, pemanfaatan sumber daya tetap jalan dan menghasilkan manfaat bagi masyarakat.

Bagikan Ini!