Kalkulator 2050 Untuk Menguji Kebutuhan Energi

Rabu, 22 April 2015 - Dibaca 1765 kali

JAKARTA - Direktur Pembinaan Program Migas, Agus Cahyono Adi menjelaskan bahwa sistem pemodelan Kalkulator 2050 berfungsi untuk menguji kebutuhan energi, termasuk pengembangan energi baru terbarukan untuk transportasi.

Pria yang turut merintis Kalkulator 2050 di Kementerian ESDM ini menjelaskan, "Jika kita tidak mengembangkan energi baru terbarukan, maka akan terlihat berapa besar emisi yang dihasilkan. Jika kita memaksakan mengembangkan EBT secara masif kita dapat menghitung berapa pengurangan emisi."

Kalkulator 2050 bisa dipakai untuk menguji pengaruh kebijakan tersebut terhadap faktor ekonomi dan tingkat emisi. Pemodelan ini bisa memperlihatkan pentingnya konservasi energi karena pengurangan konsumsi energi lebih murah daripada membangkitkan energi.

Mantan Sekretaris Badan Litbang ESDM ini menjelaskan konservasi energi membutuhkan partisipasi masyarakat. Sistem pemodelan ini juga membantu kebutuhan energi setiap orang. Berapa energi yang bisa dikurangi dengan upaya konservasi energi. Karena sistem pemodelan ini terbuka, maka masyarakat dapat mengaplikasikan teknologi dalam melakukan konservasi dan memberi masukan kepada pemerintah.

Pria yang akrab disapa ACA ini juga memaparkan manfaat Kalkulator 2050 dalam menghitung elasitas energi. Untuk menjamin ketersediaan energi nilai elasitas energi harus lebih dari 1, di mana perbandingan antara pertumbuhan ekonomi dibandingkan . Jika pertumbuhan ekonomi 1% berarti pertumbuhan energi harus lebih dari 1% atau minimal 1,5%. Jika pemerintah saat ini menargetkan pertumbuhan ekonomi 7% per tahun, maka pertumbuhan energi harus lebih besar.

Suasana launching Kalkulator Indonesia 2050 di Jakarta kerjasama Kementerian ESDM dengan Kedutaan Besar Inggris di Jakarta

Saat ini lebih dari 50% kebutuhan energi nasional menggunakan bahan bakar minyak sehingga kita harus memacu pertumbuhan energi baru terbarukan, misalnya panas bumi, tenaga surya, air dan angin.

Untuk mempercepat pertumbuhan energi kita perlu strategi. Kalkulator 2050 dapat memperkirakan seperti apa pembangunan energi terhadap dampak emisi, ekonomi dan lahan. Saat ini faktor tata guna lahan telah menjadi bahan evaluasi agar tidak mengambil lahan untuk tanaman pangan, sehingga pengembangan bioenergi jangan sampai berkompetisi dengan pangan. Kalkulator energi juga memungkinkan untuk memasukan pertumbuhan ekonomi, teknologi yang efisien dan proyeksi energi.

"Kita juga bisa membuat perkiran dan substitusi energi yang tepat, apakah terus menggunakan BBM atau energi alternatif lainnya". Kalkulator Energi merupakan sistem yang berbasis web, sehingga bisa menjadi alat pendidikan publik, supaya masyarakat bisa mengerti konsep energi. "Kita bisa bersama dengan masyarakat dalam membangun konsep energi," tutup ACA. (ER)

Bagikan Ini!