Wamen ESDM: Teknologi Ini Sangat Tepat Guna Apabila Diterapkan Di Daerah Yang Belum Memiliki Jaringan Gas
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara kembali
membuat inovasi ramah lingkungan dan bermanfaat khususnya bagi Usaha
Kecil Menengah (UKM). Teknologi yang dikembangkan Perekayasa Yenny
Sofaeti diperkirakan mampu menghemat 60 persen biaya energi dengan alat
pembuat gas batubara bersih ini dinamakan Teknologi Gasifikasi Mini
Batubara Skala UKM (GasMin).
"Teknologi ini sangat tepat guna apabila diterapkan di daerah yang belum
memiliki infrastruktur berupa jaringan pipa untuk penyaluran gas dan
sangat cocok untuk usaha kecil menengah", terang Wakil Menteri ESDM,
Archandra Tahar saat menghadiri Wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan
Publik (KIPP) 2017 yang diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Jumat (21/4).
Hasil pengembangan tersebut telah diimplementasikan di UKM percontohan
di Daerah Istimewa Yogyakarta, yakni tiga unit di industri peleburan
aluminium, satu unit industri makanan (tahu), satu unit industri obat
dan bahan kimia (minyak atsiri) dan satu unit di industri batik (Batik
Pandawa). Dari ke enam industri tersebut, lima IKM/UKM kecuali minyak
atsiri, telah menggunakan GasMin sebagai bagian dari alat operasional
produksi.
"Gasmin telah di uji cobakan di Daerah Istimewa Yogyakarta yakni di
industri tahu, industri obat dan industri batik" terang Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan ESDM, F.X. Sutijastoto.
Teknologi gasifikasi batubara skala UKM adalah sebuah reaktor gasifier
tipe up draft dengan diameter 25cm tinggi 60cm dengan kapasitas 2-5
kg/jam batubara. Produk yang dihasilkan berupa bahan bakar gas (CO,
H2,dan CH4) yang dialirkan melalui pipanisasi ke dapur/burner UKM.
Reaktor ini mengubah batubara menjadi bahan bakar gas, melalui proses
gasifikasi dengan pereaksi udara terbatas dan uap air.
"Reaktor ini mengubah batubara menjadi bahan bakar gas dan mampu
menghemat biaya energi masing-masing sebesar 45% (solar) pada peleburan
aluminium, 70% biaya energi (serbuk kayu) di industri tahu dan 50-60% di
UKM batik" jelas Yenny Sofaeti saat memaparkan hasil penelitiannya
dihadapan juri.
Sistem ini awalnya diujicobakan Puslitbang Tekmira untuk memanggang daun
tembakau di dalam oven pada.industri pengeringan tembakau di Nusa
Tenggara Barat pada tahun 2011. Penelitian dan pengembangan GasMin
didasari hasil penelitian sebelumnya mengenai teknologi tungku briket
batu bara bagi UKM. Secara teknis penggunaan bahan bakar melalui proses
gasifikasi lebih efisien, sebab tak banyak panas yang terbuang
dibandingkan dengan pembakaran menggunakan bahan bakar padat seperti
kayu, biomas, dan briket batu atau batubara. Penghematan biaya energi
yang cukup besar serta emisi yang rendah maka peluang GasMin cukup
menarik untuk dikembangkan dalam produksi massal. (RD)
Share This!