Sulawesi Tengah Perlu Tambahan Pasokan Listrik

PALU - Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik Provinsi Sulawesi Tengah sangat tinggi diperkirakan rata-rata mencapai 10,81 persen. Pertumbuhan ini akan terus meningkat seiring tumbuhnya perekonomian masyarakat dan keinginan pemerintah daerah untuk meningkatkan pertumbuhan industrinya.

"Perkembangan sektor industri di Sulawesi Tengah kedepan akan membutuhkan pasokan energi yang cukup besar. Penetapan kawasan khusus Palu dan kawasan industri Morowali serta pembangunan smelter untuk pengolahan tambang perlu didukung dengan memperkuat penyediaan sumber energi listrik," ujar Gubernur Sulawesi Tengah, H. Longki Djanggola, dalam sambutanya saat membuka Focus group discussion (FGD) Akselerasi Solusi Permasalahan Sektor Esdm Di Sulawesi Tengah. Kamis (19/3).

Saat ini, rasio elektrifikasi Sulawesi Tengah masih dibawah rata-rata nasional. Dengan kapasitas terpasang sebesar 274,10 MW, daya mampu 196,96 MW yang mana sebagian besar disuplai dari 227 PLTD, 7 unit PLTM dan 2 PLTU meski mampu melistriki masyarakat namun belum cukup memadai untuk mengantisipasi kebutuhan sektor industry, lanjut Longki.

Dengan cadangan tenaga listrik yang kurang memadai serta ditambah belum terkoneksinya jaringan kelistrikan maka dibeberapa wilayah masih terjadi pemadaman."Kondisi kelistrikan di Sulawesi Tengah belum terkoneksi sehingga bila ada salah satu system pembangkit terbesar mengalami gangguan, maka akan terjadi pemadaman bergilir", lanjutnya lagi.

Kebutuhan akan pasokan listrik memang sangat dibutuhkan guna menunjang pertumbuhan dan kegaitan ekonomi masyarakat. Kondisi listrik perdesaan Sulawesi Tengah berdasarkan hasil pendataan Potensi Desa Tahun 2015 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan, dari 1.809 desa dan 174 kelurahan di Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 385 desa/kelurahan (36,71%) belum mendapatkan pelayanan listrik PLN, selain itu untuk penerangan jalan umum (PJU) masih ada 729 desa/kelurahan yang belum mendapatkan fasilitas tersebut. (SF)

Share This!