Split Kontrak Pertama Gas Methane Batubara 55:45

Saturday, 5 January 2008 - Dibaca 4738 kali

'Split (bagi hasil) yang disepakati adalah 55 % untuk pemerintah dan 45 % untuk kontraktor,' ujar Dirjen Migas Luluk Sumiarso kepada wartawan, Jum'at (4/1) di Jakarta. Disepakatinya split kontrak pertama pengembangan GMB ini diharapkan segera diikuti oleh kontrak-kontrak lainnya.


Luluk Sumiarso mengungkapkan hal itu pada saat memberikan paparan mengenai perkembangan pelaksanaan pengusahaan GMB di kantor Ditjen Migas. Hadir pada acara tersebut pejabat Ditjen Migas, Direktur Eksekutif IPA Suyitno Padmosukismo dan Staf Khusus MESDM Rachmat Sudibyo.

Menurut Dirjen Migas Luluk Sumiarso, split tersebut menjadi acuan (benchmark) bagi kontrak-kontrak lain yang kini telah banyak diajukan oleh pihak investor, sehingga untuk kontrak-kontrak lain besaran split tidak jauh berbeda dengan kontrak Medco-Ephindo tersebut.

meskipun demikian bisa saja tidak sama persis, karena besaran split tersebut tergantung pula dari ketersediaan infrastruktur pada Wilayah Kerja yang diminati oleh investor. 'Secara umum WK yang terletak di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur dengan infrastruktur yang memadai banyak diminati investor,' ujar Luluk Sumiarso.

Selain kontrak Medco-Ephindo, menurut Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Prijono, saat ini sudah ada tiga proposal lain yang diharapkan bisa ditandatangani dalam tahun 2008. Proposal diajukan oleh PT Pertamina-Shell (satu WK) dan kelompok usaha PT Pertamina (dua WK).

Share This!