Serius Tekan Emisi Karbon, Kementerian ESDM Dukung Penyusunan 2nd NDC

Saturday, 18 March 2023 - Dibaca 1150 kali

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

NOMOR: 121.Pers/04/SJI/2023

Tanggal: 18 Maret 2023

Serius Tekan Emisi Karbon, Kementerian ESDM Dukung Penyusunan 2nd NDC


Pemerintah terus berupaya mencari potensi untuk mengurangi emisi karbon guna mendukung penyusunan Second Nationally Determined Contribution (2nd NDC), diantaranya melalui pembatasan routine flaring, pembatasan gas suar dan pengembangan Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).

Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Mirza Mahendra mengatakan upaya mitigasi subsektor migas yang telah tercantum dalam NDC merupakan program subtitusi bahan bakar migas ke rendah karbon, diantaranya fuel switching BBM transportasi (RON 88 ke RON 92), program konversi minyak tanah ke LPG, penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan dan peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa atau jargas.

"Indonesia telah menyusun NDC yang pertama pada November 2016 dengan target reduksi sebesar 314 juta ton CO2 untuk dengan upaya sendiri, dilanjutkan dengan Enhanced NDC sudah disubmit oleh KLHK pada tanggal 23 September 2022. Kemudian, sesuai mandat Paris Agreement paling lambat tahun 2025 akan menyusun Second NDC, sehingga perlunya kontribusi subsektor migas untuk masuk ke dalam Second NDC, seperti pemanfaatan gas suar bakar," kata Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Mirza Mahendra pada saat acara "Green Business Initiatives to Invest in Our Planet", Jakarta, Senin (13/2).

Pelaksanaan pengelolaan gas suar pada kegiatan usaha migas telah diatur dalam Permen ESDM Nomor 17 tahun 2021 tentang Pengelolaan Gas Suar pada Kegiatan Usaha Migas. "Langkah-langkah yang dilakukan dalam rencana upaya mitigasi dari pemanfaatan gas suar dalam second NDC diantaranya melakukan penyusunan pedoman pelaporan pengelolaan gas suar, penentuan baseline emisi gas suar dan penyusunan metodologi perhitungan mitigasi emisi dari pemanfaatan gas suar." ungkap Mirza.

Lapangan migas di Indonesia memiliki banyak kandungan CO2 yang tinggi sehingga dengan adanya CCS/CCUS diharapkan dapat menjadi solusi teknologi untuk mengembangkan lapangan tersebut, terutama untuk natural gas value chain dimana lapangan gas dengan konsentrasi CO2 yang tinggi akan memerlukan pemisahan CO2 untuk memenuhi standar pasar gas alam atau LNG.

Di kesempatan yang sama, Mirza menjelaskan bahwa penerapan CCS/CCUS merupakan salah satu rencana aksi dalam program pengelolaan emisi CO2 di sektor migas. "Teknologi CCS/CCUS memiliki peran penting dalam mendukung target penurunan emisi Indonesia dan pada saat yang sama juga dapat meningkatkan produksi minyak dan gas melalui CO2-EOR atau EGR," jelas Mirza.

Proses pengaliran CO2 konsentrasi tinggi menjadikan natural gas processing sebagai salah satu aplikasi CCS/CCUS yang paling murah. Berdasarkan data studi Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS', Indonesia memiliki potensi penyimpanan sekitar 2 Giga Ton CO2 pada reservoir migas dan 10 giga ton CO2 di saline aquifer.

"Dengan kapasitas penyimpanan CO2 yang besar berpotensi mendukung peran CCS/CCUS dalam menurunkan emisi menuju Net Zero Emission," imbuh Mirza. (AFB/NAL)

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama

Agung Pribadi (08112213555)

Share This!