Perusahaan Perancis Investasi Tambang Nikel di Maluku Utara
''Ini membuktikan bahwa Indonesia masih dipandang sebagai tempat investasi yang menguntungkan bagi investor luar negeri,'' ujar Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi (MBPB) Simon F Sembiring, Selasa (30/5). Simon ketika itu bersama CEO ERAMET Jacques Bacardats baru menghadap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro.
Keberadaan ERAMET dalam penambangan nikel di Indonesia dilakukan melalui PT Weda Bay Nikel (WBN). Perusahaan ini sahamnya selain dikuasai ERAMET, sebesar 10 % dimiliki PT Aneka Tambang Tbk. (Antam). Menurut Jacques, usai study kelayakan (Feasibility Study-FS) saham Antam akan menjadi 25 % dan selanjutnya diberikan opsi kepemilikan saham lagi.
Menurut Simon sesuai isi Kontrak Karya yang ditandatangi untuk pengusahaan tambang ini, WBN akan melakukan FS satu tahun yang bisa diperpanjang satu tahun lagi. ''Sedang untuk kontruksi pabrik pengolahan diperlukan waktu sekitar 36 bulan,'' ujar Simon.
Pengoperasian tambang oleh WBN, menurut Simon, akan memiliki implikasi pengembangan ekonomi bagi Indonesia umumnya dan daerah Maluku Utara khususnya. Sebab, selain pajak, royalty dsbnya juga akan mendorong penggunaan kandungan lokal. ''Akan menjadi prime mover bagi daerah Maluku Utara,'' ujar Simon.
Potensi cadangan terbukti nikel yang ada di areal tambang yang akan di produksi, menurut Simon, mencapai 60 juta ton. Sedang cadangan terukur sebesar 18 juta ton. Sedang menurut Jacques, pabrik pengolahan yang akan dibangun memiliki kapasitas sebesar 60 ribu ton per tahun.
Jacques mengungkapkan ERAMET telah memiliki pengalaman penambangan nikel di Kaledonia Baru dan Gabon. ''Kami memiliki teknologi yang aman bagi lingkungan maupun daerah aliran sungai,'' ujar Jacques. Ia menjamin bahwa pengoperasian tambang yang dilakukan perusahaannya mampu menjaga kelestarian alam disekitar tambang.
(saleheditor)
Share This!