Peluncuran Program Dan Penandatanganan MoU Kerjasama Pengembangan BBN Pada Lahan Kritis Berbasis Masyarakat Di Boyolali

Friday, 28 March 2014 - Dibaca 2014 kali
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS
NOMOR: 18/SJI/2014
Tanggal: 28 Maret 2014

PELUNCURAN PROGRAM DAN PENANDATANGANAN MoU KERJASAMA PENGEMBANGAN BBN PADA LAHAN KRITIS BERBASIS MASYARAKAT DI BOYOLALI
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo hari ini, Jumat (28/3) melakukan Peluncuran Program Pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) sekaligus menyaksikan Penandatanganan MoU Kerjasama Pengembangan BBN pada Lahan Kritis berbasis Masyarakat di Boyolali. Penandatanganan kerjasama dilakukan antara Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian dan Bupati Boyolali.

Nota Kesepahaman bertujuan untuk melaksanakan program pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) pada lahan kritis berbasis masyarakat dalam rangka mendukung ketahanan energi nasional; pembudidayaan kemiri sunan sebagai bahan baku BBN dan mempromosikan kemiri sunan dan pemanfaatan BBN untuk kebutuhan energi. Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

Lokasi yang akan digunakan untuk penanaman kemiri Sunan adalah Desa Sumur Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali yang terletak di lereng Gunung Merapi. Lahan telah tersedia seluas 20 hektar. Tamanan kemiri sunan merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan metode tumpang sari dan rencananya lahan akan ditanami dengan kopi Arabica.

Kemiri Sunan merupakan tanaman penghasil minyak nabati. Tanaman ini merupakan tanaman konservasi dengan daun lebat, perakaran dalam dan kuat (menahan erosi) dan daya adaptasi luas (100-800 m dpl, curah hujan 1000 - 2500 mm/th). Tanaman ini sangat tepat untuk konservasi (termasuk konservasi lahan bekas tambang), lahan kritis, dan reforesting. Berdasarkan penelitian, produktivitas kemiri sunan lebih baik dari tanaman penghasil minyak nabati lainnya seperti sawit, jarak pagar atau nyamplung. Produktivitas biji: 50 - 300 kg/pohon/thn (sesuai umur), dan akan menghasilkan rendemen minyak kasar: 52 % dari kernel. Rendemen biodiesel yang dihasilkan adalah 88 % dari minyak kasar, dan sisanya berupa gliserol.

Kerjasama pengembangan kemiri sunan juga dilakukan di daerah lainnya antara lain kerja sama Kementerian Pertanian dengan PT. Timah, Kabupaten Bangka Selatan, dan Kabupaten Belitung Timur untuk pengembangan kemiri sunan di wilayah tersebut. Juga ada program pengembangan kemiri sunan di Sumedang dan Garut.

Kementerian ESDM akan mendukung pengembangan fasilitas produksi biji kemiri sunan menjadi Bahan Bakar Nabati. Arahan Presiden agar meningkatkan pemanfaatan biodiesel diatas 10% menjadi dorongan agar impementasi 2014 bisa tercapai dengan maksimal, sambil mencari peluang pemanfaatan biodiesel di atas 10% seperti yang sekarang berjalan di PT PLN (Persero).
Kepala Pusat Komunikasi Publik,



Saleh Abdurrahman

Share This!