Menteri ESDM Pimpin Apel HUT Pertambangan Dan Energi Ke-70

Monday, 28 September 2015 - Dibaca 1228 kali

JAKARTA - Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said memimpin Apel Hari Ulang Tahun Pertambangan dan Energi ke-70 yang jatuh tepat hari ini, Senin (28/9). Rangkaian Apel HUT Pertambangan ini diisi dengan pembacaan sejarah singkat dan Keputusan Presiden Penetapan Hari Jadi Pertambangan dan Energi, pemberian Bintang Jasa, Penghargaan dan Bantuan Umroh serta atraksi marching band dari STEM Akamigas, Cepu.

Penetapan hari Jadi pertambangan Dan Energi didasari dengan dua peristiwa penting yang bernilai sejarah, pengambilalihan gedung Chishitsu chosacho (Jawatan Pertambangan dibawah Pemerintahan Jepang) dan penggantian nama lembaga menjadi Jawatan Tambang Geologi pada tanggal 28 Oktober merupakan landasan utama ditetapkannya Hari Pertambangan Dan Energi.

Perayaan apel HUT Pertambangan Dan Energi ini dilaksanakanan dalam rangka meneladani perjuangan, pengorbanan dan pikiran-pikiran terbaik dari para pendahulu kita. " Saya berharap suatu ketika rangkaian sejarah ini bisa tersambung begitu rupa, dan hadir disini seluruh Menteri y ang pernah memimpin Kementerian ini dengan segala kompleksitas dan tantangannya masing-masing," ujar Sudirman Said dalam sambutannya.

Sudirman berterima kasih kepada Purnomo Yusgiantoro, yang telah mengusulkan tanggal 28 September sebagai hari jadi pertambangan dan energi."Kita menyampaikan kepada pendahulu kita, Purnomo Yusgiantoro yang telah mengusulkan 28 September sebagai Hari jadi pertambangan Dan Energi dan kemudian ditetapkan oleh Presiden kita Bapak Susilo Bambang Yudhoyono," ujar Sudirman.

Sebelum melaksanakan apel, rangkaian HUT Pertambangan Dan Energi telah diawali dengan ziarah ke makam Arie Frederick Lasut di TPU Sasanalaya, Yogyakarta. A.F. Lasut adalah seorang Geolog professional, seorang pembelajar yang dari waktu ke waktu prestasinya sangat membanggakan dan ketika pemerintah berpindah dari Jepang ke Belanda."Sebetulnya beliau bisa memilih hidup tenang berkolaborasi dengan pemerintah pendudukan karena sepanjang 1945-1949 yang datang kepada beliau bukan saja tekanan, bukan saja teror, tapi juga rayuan-rayuan, godaan himbauan untuk bergabung kepada pemerintah pendudukan Belanda dan beliau memilih jalan lurus memilih jalan membela bangsanya yang barusaja melalui masa transisi," lanjut Sudirman.

"Perjuangan Arie Lasut dan para pemuda, adalah perjuangan yang ditempatkan dalam kontek memindahkan kekuasaan dan lain-lain dalam tempo yang sesingkat singkatnya dan secara seksama. Diantara data dan informasi yang dikejar Pemerintah Belanda adalah informasi mengenai kekayaan bumi kita," lanjut Sudirman.

Heroisme beliau-beliau lanjut Sudirman dapat kita jadikan teladan terus-menerus dan berjuang hari ini konteksnya berbeda, tidak perlu menyabung nyawa seperti A.F.Lasut, hanya butuh kejernihan berpikir, kebersihan hati dan kelurusan sikap kita, meskipun kita memerlukan spirit yang sama. Spirit untuk memperjuangkan sebesar-besar kemakmuran masyarakat, memprjuangkan hak publik diatas segala kepentingan yang lain. (SF)

Share This!