Digelar, Gas Indonesia Summit and Exhibition Indonesia 2016

Wednesday, 16 March 2016 - Dibaca 1440 kali

JAKARTA - Untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan serta saling bertukar pengalaman mengenai perdagangan gas dan LNG di masa sekarang dan mendatang, bertempat di Shangrila Hotel, Rabu (16/3), diselenggarakan Gas Indonesia Summit and Exhibition Indonesia 2016 (GIS). Acara ini dibuka oleh Direktur Pembinaan Program Migas Agus Cahyono Adi serta dihadiri oleh para pelaku industri energi tingkat regional maupun internasional.

GIS tahun 2016 berlangsung tanggal 16-17 Maret dan mengambil tema Revolutionising The Indonesia Gas Market. Sejumlah pembicara dalam acara ini, antara lain Lukman Mahfoedz dari Medco Indonesia, Sampe L. Purba dari SKK Migas, Nobuhisa Kabayashi dari Tokyo Gas Asia serta wakil dari perusahaan migas terkemuka lainnya. Hal-hal yang dibahas, antara lain prospek sektor energi di Indonesia, pembiayaan dan investasi di proyek gas, LNG skala kecil sebagai solusi yang layak bagi Indonesia, gas dan LNG untuk listrik dan bahan bakar di sektor kelautan serta teknologi-teknologi termutakhir untuk infrastruktur dan distribusi LNG.

Mengawali sambutannya, Direktur Pembinaan Program Migas Agus Cahyono Adi menyampaikan garis-garis besar program kerja Kementerian ESDM tahun 2015-2019, seperti 9 program strategis yaitu perbaikan bauran energi sebesar 25% tahun 2025, pembudayaan konservasi energi, eksplorasi migas secara agresif, peningkatan produksi dan lifting migas, pembangunan infrastruktur migas dan pembangunan pembangkit listrik 35 GW.

"Selain itu, pembangunan industri penunjang sektor energi, hilirisasi industri mineral dan batubara serta konsolidasi industri tambang," papar Agus.

Lebih lanjut Agus memaparkan mengenaiNeraca Gas Bumi Indonesia tahun 2015-2030, termasuk kemungkinan harus dilakukannya impor gas tahun 2019, apabila tidak ada penemuan baru yang cukup besar.

Dijelaskan pula mengenai pertumbuhan kebutuhan gas bumi untuk dalam negeri, masih terbatasnya infrastruktur gas Indonesia serta rencana pembangunan infrastruktur yang terintegrasi hingga tahun 2030.

Sementara itu untuk meningkatkan eksplorasi dan produksi migas di Indonesia, Pemerintah menawarkan insentif yang cukup menarik, seperti moratorium masa eksplorasi serta sistem bagi hasil yang dinamis.

Terkait perizinan, Pemerintah telah menyederhanakan perizinan untuk mempermudah investor. Perizinan yang semula berjumlah 104 pada tahun 2011, disederhanakan menjadi 25 izin pada 2014 dan selanjutnyaberkurang menjadi 42 pada tahun 2015. Perizinan kegiatan migas ini berada satu pintu di bawah BPKM.

Mengakhiri sambutannya, Agus mengharapkan agar hasil konferensi dapat lebih mendorong pengembangan migas di Indonesia. (TW/AN)

Share This!