Akusisi Seismik 2D Marine

Friday, 13 September 2019 - Dibaca 4132 kali

Akusisi data Seismik 2D marine telah dilaksakan oleh Pusat Survei Geologi sejak tahun 2015 sampai tahun 2018, survei seismik tersebut telah dilakukan sebanyak 7 lokasi yaitu wilayah laut Arafura Utara (cekungan Sahul utara), Wilayah Arafura Barat (Cekungan Sahul Barat), Wilayah Laut Arafura Selatan (Cekungan Merauke), Cekungan Selaru, Cekungan Buru Utara, Cekungan Selabangka dan Wilayah Laut Natuna Selatan (Celungan Singkawang). Lokasi yang dipilih merupakan daerah cekungan sedimen (Badan Geologi,2008) dan sebagai daerah frontier atau tidak ada lapangan Migas namun ada beberapa sumur yang tidak potensial atau dry hole (sumur kering) . Adapun survei seismik tersebut untuk memperoleh gambaran kondisi struktur geologi bawah laut, seperti antiklin, sinklin maupun graben.

Hasil survei ini akan memberikan informasi pendahuluan kandungan potensi sumber daya geologi setelah dilakukan pembahasan detail berupa interpretasi yang dikontrol data sumur sekitarnya. Juga dapat dilakukan sebagai bonus awal untuk para pembisnis migas sesuai surat keputusan Menteri ESDM dalam keterbukaan data migas.

Dalam pelaksanaan akusisi data seismik 2D marine dilakukan dengan kapal seismik dengan bobot sekitar hampir 4500 ton dan dilengkapi dengan 2 kapal pemandu, dalam survei tersebut untuk memperoleh data seismik sesuai yang diharapkan telah melalui beberapa tahapan yaitu :

1. Objek survei, lokai survei harus bebas dari semua aktivitas seperti aktivitas nelayan, lalu lintas transportasi laut, untuk itu dilakukan scouting dengan kapal pemandu.

2. Navigasi, sistem navigasi permukaan (DGPS) kapal dan gyro telah diverifikasi oleh PT. Explora Prima di Batam. Sebagai tambahan, gyro juga diverifikasi fungsinya secara langsung saat akuisisi. Sedangkan sistem navigasi permukaan untuk tailbuoy, front-float dan gunbuoy diverifikasi di atas kapal Elsa Regent.

3. Sistem perekaman data TRIACQ system berfungsi normal selama masa survey, tanpa adanya hambatan. Data yang dihasilkan oleh sistem perekaman merupakan data dengan interval antar tras setiap 12.5 meter dalam format SEGD (DECIMATED FILTERED SEGD).

4. Pengamatan kualitas data, secara umum data yang dihasilkan memiliki tingkat noise yang rendah. Area operasi terutama di daerah bagian utara cukup dipengaruhi oleh kegiatan lalu lintas kapal besar sehingga menghasilkan noise di sebagian kecil dari data. Secara garis besar kondisi cuaca pada saat pengambilan data pada kondisi baik sehingga tidak menghadirkan noise yang terlalu signifikan pada data. Metode yang digunakan untuk memantau kualitas data dapat dengan baik mengidentifikasi berbagai jenis noise tersebut. Departemen pengolahan data onboard juga membantu dalam memastikan bahwa noise yang terekam bisa ditangani di pengolahan data lanjutan.

5. Test parameter, untuk menentukan parameter pengolahan data 2D marin Singkawang akan dilakukan test parameter pada 1 lintasan yang mewakili area Singkawang baik secara struktural maupun morfologinya, dari hasil pengamatan maka diambil lintasan SK18-1003 (untuk proses low cut filter hingga proses linear noise attenuation ) dan SK18-1008 (untuk proses SRME hingga proses filtering dan scaling ) sebagai wakil lintasan tersebut.

6. Pengolahan data dilakukan dengan record length 12 s dan sample rate 2 ms. Semua data diproses menggunakan Omega Software di PT. Elnusa Tbk. Geoscience Services Land & Processing Division

Ada dua tantangan utama dalam eksekusi proyek 2D Singkawang ini, yaitu kondisi cuaca dan aktifitas nelayan. Dua tantangan utama ini sudah kami masukan dalam rencana mitigasi sebelum eksekusi proyek dengan cara melakukan sosialisasi dan juga dengan menggunakan Provider Weather Forecast untuk memperoleh informasi cuaca.

Penulis : Yusup Iskandar dan Tatang Padmawidjaja