Prospek Mineral Industri Tak Kalah Dibanding Mineral Logam

Monday, 8 May 2017 - Dibaca 12092 kali

JAKARTA - Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, Hadi Purnomo menjelaskan dewasa ini mineral industri kalah pamor dengan mineral logam, padahal potensi nilai ekonominya cukup tinggi dan teknologi pengolahannya pun relatif sederhana. Penelitian mineral industri dapat menghasilkan inovasi yang lebih mudah diimplementasikan, karena produknya telah dipakai masyarakat luas dalam kehidupan sehari-hari.

Pada acara Knowledge Sharing Pengolahan Mineral Logam dan Mineral Industri di Cipatat, (5/5), peneliti yang sudah 35 tahun mendalami pengolahan mineral ini juga membawakan materi tentang potensi pengembangan mineral industri, khususnya belerang, fospat, bentonit, feldspar, kaolin, zeolit, tras, dan pasir kuarsa.

Hadi Purnomo memberikan beberapa contoh mineral industri yang potensial. Ia saat ini memfokuskan penelitian pada Pupuk Majemuk Berbasis Mineral dari bahan baku mineral Fosfat, Dolomit, dan Belerang yang mudah didapat.

Pengolahan Zeolit di bidang pertanian dipakai sebagai soil conditioner, yakni bahan pembenah tanah untuk meningkatkan kualitas tanah, terutama kemampuan menyediakan nutrisi bagi tanaman. Zeolit akan membantu petani menghemat penggunaan pupuk dalam mengolah lahannya.

Bahan galian Tras diolah merupakan bahan baku pembuatan semen murah atau biasa disebut semen pozolan kapur. Nilai ekonomi golongan bahan galian C ini cukup tinggi karena biaya operasional yang efisien dengan teknologi sederhana.

Teknologi pengolahan sederhana memungkinkan pengolahan mineral industri dilakukan dengan memberdayakan industri kecil menengah (IKM), yang diharapkan dapat menyuplai kebutuhan industri besar. Namun permasalahan yang dihadapi saat ini, adalah sebagian besar IKM belum mampu memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan industri besar. Akibatnya industri besar memilih untuk mengimpor.

Hal ini menjadi tantangan peneliti di bidang pengolahan mineral industri, agar dapat menghasilkan inovasi teknologi yang mampu memenuhi spesifikasi industri dan dapat diaplikasikan oleh IKM.

Sebelumnya, peneliti I Gusti Ngurah Ardha menguraikan tentang membahas tentang teknologi pengolahan mineral logam untuk meningkatkan nilai tambah. Salah satunya flotasi, yaitu teknologi yang bertujuan mengolah mineral berkadar rendah menjadi mineral dengan kadar tinggi, sesuai dengan persyaratan peleburan.

Profesor Riset yang memiliki kepakaran di bidang pemrosesan mineral ini memaparkan pengolahan atau benefisiasi mineral secara umum yaitu kominusi, pemisahan berdasarkan densitas, pemisahan berdasarkan sifat magnetik, pemisahan berdasarkan konduktivitas dan berdasarkan sifat permukaan mineral (hidrofilik dan hidrofobik).

Peluang inovasi untuk meningkatkan nilai tambah mineral ini masih sangat terbuka. Hal tersebut menjadi tantangan bagi peneliti muda, untuk dapat mengembangkan teknologi peningkatan nilai tambah mineral yang memberikan manfaat dengan jangkauan lebih luas

Knowledge sharing ini dihadiri para peneliti dan perekayasa dari Kelompok Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Mineral, Puslitbang Tekmira. Selain sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia juga menjadi media transfer pengetahuan dari peneliti senior kepada para juniornya, mengingat dalam waktu dekat cukup banyak peneliti senior yang akan memasuki masa pensiun.

Kedua narasumber berharap Puslitbang tekMIRA tidak hanya mengerjakan penelitian yang target penggunanya skala industri besar saja. Penelitian dengan target pengguna skala IKM juga memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi, apabila dilakukan secara serius dan konsisten. Selain itu proses inovasi juga akan berlangsung secara berkelanjutan dan teknologi yang dihasilkan akan semakin berkembang. (hanny/ER)