Triwulan III 2021, Rasio Elektrifikasi Tunjukkan Peningkatan
Rasio Elektrifikasi atau perbandingan rumah tangga berlistrik dengan
jumlah rumah tangga di Indonesia terus menunjukkan peningkatan. Hingga
triwulan III 2021, rasio elektrifikasi nasional mencapai 99,39%. Angka
ini meningkat dari akhir tahun 2020 yang mencapai 99,2%. Pemerintah
memiliki berbagai upaya untuk mengejar elektrifikasi di daerah-daerah,
salah satunya dengan program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) 450 VA.
Hal tersebut disampaikan Direktutr Jenderal Ketenagalistrikan Rida
Mulyana dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring, Kamis
(21/10/2021).
Dalam kesempatan tersebut Rida
menyoroti beberapa daerah yang rasio elektrifikasinya lebih rendah
daripada rasio elektrifikasi nasional seperti Nusa Tenggara Timur (NTT),
Maluku, Papua dan Kalimantan Barat akan menjadi prioritas agar minimal
rasio elektrifikasinya segera sama dengan daerah-daerah lain.
"Kami
terus berkoordinasi dengan teman-teman PLN agar keempat provinsi ini
menjadi perhatian sehingga rasio elektrifikasiknya minimal sama dengan
yang lain," ucap Rida.
Dalam konferensi pers
tersebut, Rida mengatakan bahwa salah satu upaya peningkatan rasio
elektrifikasi adalah dengan melaksanakan program Bantuan Pasang Baru
Listrik (BPBL) 450 VA bagi Rumah Tangga (RT) miskin belum berlistrik
yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) atau
berdomisili di daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal (3T), namun
didepannya telah dilewati jaringan tegangan rendah PLN.
"Program BPBL dilaksanakan dengan menggunakan dana CSR Badan Usaha dan atau APBN," ucap Rida.
Hingga bulan September 2021, pelaksanakan BPBL dengan CSR Badan Usaha sudah mencapai 13.583 sambungan. Jika ditotal dari awal pelaksanaan BPBL, telah terpasang 37.695 sambungan listrik melalui program ini.
Rida
menjelaskan strategi pemerintah untuk melistriki daerah-daerah belum
terlistriki. Strategi pertama adalah melalui Perluasan Jaringan (Grid Extension).
Strategi ini adalah dengan penyambungan desa dan/atau rumah tangga yang
dekat dengan grid PLN. Dari target 61 desa yang akan dilistriki melalui
perluasan jaringan, seluruh desa telah tersambung.
Strategi
kedua adalah dengan Mini Grid atau Pembangunan pembangkit berbasis EBT
setempat. Strategi ini dikhususkan untuk kelompok masyarakat yang
tinggal daerah yang sulit dijangkau. Hingga triwulan III, 46 desa telah
menyala dari target 75 desa yang akan dibangun minigrid.
Strategi
terakhir adalah dengan dengan pembangunan pembangkit EBT yang
dikombinasikan dengan pembangunan Stasiun Pengisian Energi Listrik
(SPEL) dan pembagian Salat Penyalur Daya Listrik (APDAL) untuk
masyarakat yang bermukim tersebar (scattered). Rida
menyampaikan bahwa Penyediaan Alat Penyalur Daya Listrik (APDAL) untuk
37 desa akan melalui APBN KESDM 2021dan 12 desa melalui CSR PLN,
sedangkan Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) oleh PLN.
Berbagai
upaya di atas merupakan strategi Kementerian ESDM untuk mencapai target
rasio elektrifikasi 100%. Kerjasama dan komunikasi terus dilakukan
dengan Kementerian/Lembaga terkait, pemerintah daerah, serta PLN dan
masyarakat terkait. (PSJ)