Tekan Emisi GRK, Kementerian ESDM Percepat Pengembangan EBT

Rabu, 13 Oktober 2021 - Dibaca 347 kali

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

NOMOR: 362.Pers/04/SJI/2021

Tanggal: 13 Oktober 2021

Tekan Emisi GRK, Kementerian ESDM Percepat Pengembangan EBT

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengambil langkah nyata dalam merealisasikan target-target pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Selain dimanfaatkan untuk penyediaan energi, EBT juga merupakan bagian penting dalam pencapaian target penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Nasional dan berpartisipasi aktif secara global dalam mengatasi isu-isu energi sesuai mandatori Paris Agreeement.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengungkapkan sektor energi memiliki peran krusial dalam penyediaan energi terjangkau, berkelanjutan, dan ramah lingkungan serta sebagai elemen penting dalam menjaga stabilitas perkeonomian nasional. "Ini komitmen kami untuk terus mempekuat kebijakan sektor energi terutama EBT dalam mengatasi permasalahan iklim," jelas Agung di Jakarta, Rabu (13/10).

Sesuai target Nationally Determined Contributions (NDC), sambung Agung, aksi mitigasi melalui EBT diharapkan mampu mereduksi emisi sebesar 170,42 juta ton CO2E di tahun 2030 dimana realisasi di tahun 2020 telah mencapai 34,29 juta ton CO2E. Sehingga dari sektor energi dapat memenuhi target penurunan emisi sebesar 314 juta ton CO2E di tahun 2030 dengan bantuan sendiri dan 398 juta ton CO2E dengan bantuan internasional.

Guna mencapai terget tersebut, pemerintah telah memetakan rencana penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 38 Giga Watt hingga tahun 2035 melalui upaya percepatan substitusi energi primer/final, konversi energi primer fosil, penambahan kapasitas EBT, dan pemanfaatan EBT non listrik/non BBN. "Ini demi mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi nasional," kata Agung.

Proyeksi ini sejalan dengan semakin membaiknya pertumbuhan konsumsi listrik di masyarakat. Berdasarkan laporan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), pertumbuhan konsumsi listrik mencapai 4,42 persen menjadi 187,78 terawatthour (TWh) hingga September 2021 (year on year). Bahkan diproyeksikan bakal terus meningkat menembus 252,51 TWh hingga akhir tahun 2021 atau tumbuh sebesar 4,71 persen dibanding tahun 2020. "Menggeliatnya ekonomi di tengah pandemi juga tampak dari pertumbuhan sektor industri yang tumbuh mencapai 10,63 persen pada kuartal III 2021," dikutip dari laman resmi PT PLN (Persero), Selasa (12/10).

Salah satu fokus pengembangan EBT yang dilakukan pemerintah adalah memprioritaskan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Terdapat tiga upaya strategis yang tengah dilakukan pemerintah, yaitu Indonesia bertumpu pada tiga program yang tengah berjalan, yakni PLTS Rooftop, PLTS Skala Besar di area bekas tambang dan lahan non-produktif, serta PLTS Terapung. "Mudah-mudahan ini menjadi tonggak baru bagi pengembangan PLTS di Indonesia," harap Agung.

Keseriusan pemerintah mengembangan pembangkit berbasis surya dibuktikan hadirnya PLTS Sei Mangkei berkapasitas 2 MW dan mampu memproduksi listrik hingga 1,6 GW dalam setahun. Proyek hasil kerja sama antara antara Pertamina NRE dan PTPN III telah memenuhi target commercial operation date (COD) pada 24 Agustus 2021 dan berpotensi menurunkan emisi GRK sebesar 1.300 ton per tahun atau setara dengan penyerapan CO2 59 ribu pohon dewasa dalam setahun.

Dannif Danusaputro, Chief Executive Officer Pertamina NRE menyampaikan KEK Sei Mangkei menjadi KEK pertama di Indonesia dengan konsep green economic zone sehingga lebih ramah lingkungan. Konsep ini mengutamakan pengembangan energi terbarukan, termasuk penggunaan energi pembangkit listrik.

"Transisi menuju energi bersih yang dilakukan Pertamina sejalan dengan konsep green economic zone KEK Sei Mangkei. Kami percaya industri dapat memberikan kontribusi besar bagi upaya dekarbonisasi, yaitu melalui pemanfaatan energi yang lebih bersih dan menurunkan emisi GRK dalam aktivitas bisnisnya," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (11/10/2021).

Meski demikian, PLTS ini bukan satu-satunya pembangkit listrik energi terbarukan di Kawasan Sei Mangkei. Awal tahun lalu, Pertamina NRE dan PTPN III telah menyelesaikan proyek pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) berkapasitas 2,4 MW.

Direktur Utama Holding PTPN III, Mohammad Abdul Ghani menyampaikan pihaknya menggunakan biogas yang berasal dari palm oil mill effluent (POME) atau limbah cair kelapa sawit. Dengan demikian, secara bersamaan, kedua kedua pembangkit tersebut diperkirakan dapat menurunkan emisi karbon sebesar 71.300 ton per tahun.

"KEK Sei Mangkei merupakan kawasan industri yang didesain khusus dengan konsep green economic zone di mana penggunaan energi bersih menjadi prioritas utama dalam pengembangan kedepannya. Upaya-upaya tersebut sejalan dengan target pemerintah dalam mencapai bauran EBT sebesar 23 % pada tahun 2025," kata Ghani. (NA)

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama


Agung Pribadi (08112213555)

Bagikan Ini!