Tak Bisa Diprediksi, Yang Terpenting Adalah Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami

Jumat, 6 April 2018 - Dibaca 3659 kali

BANDUNG - Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif utama dunia (Indo-Australia, Pasifik dan Eurasia) memiliki potensi bencana geologi, salah satunya adalah gempa bumi yang dapat mengakibatkan tsunami, tergantung dari kekuatan gempa, letak pusat gempa, dan kedalaman gempanya.

"Bahwa tsunami dapat disebabkan oleh tiga hal yaitu gempa bumi, ini hampir 80%, erupsi gunung api, dan longsor bawah laut. Untuk terjadinya tsunami ada beberapa persyaratan, yaitu magnitudo gempa besar, letak gempa ada di laut dan kedalamannya dangkal", papar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kasbani dalam Konferensi Pers di Badan Geologi, Bandung, hari ini (6/4).

Ia pun menyatakan, hingga saat ini belum ada ilmu yang bisa memprediksi kapan gempa bumi dan tsunami akan terjadi. Selama ini, Badan Geologi melakukan upaya mitigasi bencana dengan memetakan daerah yang pernah terjadi tsunami yang disajikan dalam peta rawan gempa bumi dan tsunami.

"Tsunami tidak dapat diprediksi kapan terjadinya, kecuali gempanya sudah terjadi. Potensi tsunami selalu mungkin terjadi di pantai-pantai wilayah Jawa, Sumatera, juga Nusa Tenggara. Nah yang paling penting adalah bagaimana kita melakukan mitigasi bencana geologinya", jelas Kasbani.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, beberapa upaya mitigasi bencana geologi yang telah dilakukan oleh Badan Geologi yakni, Pertama, penelitian endapan tsunami, yang bertujuan untuk mengetahui jejak landaan tsunami yang pernah terjadi sebelumnya. Kedua, mengeluarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tsunami yang dibuat dengan pemodelan numerik dengan mempertimbangkan potensi gempa bumi msksimum yang mungkin terjadi di lepas pantai suatu daerah. Dan ketiga, sosialisasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan ketahanan masyarakat menghadapi tsunami.

"Yang paling penting adalah mitigasinya. Dengan mengetahui endapan tsunami, kita jadi tahu sejarahnya. Setelah kita mengetahui kita juga membuat peta kawasan rawan bencana tsunami seluruh Indonesia yaitu berdasarkan tsunami yang pernah terjadi di daerah itu, potensi yang mungkin pernah terjadi. Kita juga harus meningkatkan kapasitas manusianya, memberikan latihan kepada warga daerah-daerah pesisir", jelas Kasbani.

Apabila ditelisik dari hasil kajian ilmiah dan sejarah kejadian bencana tsunami, ungkap Kasbani, wilayah Selatan Jawa memang merupakan salah satu wilayah yang memiliki resiko tinggi terhadap bencana tsunami.

"Namun hal tersebut sebaiknya tidak dihadapi dengan kepanikan, tetapi untuk kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat dan semua pihak dalam melakukan upaya mitigasi bencana tsunami", tambahnya.

Badan Geologi sendiri, telah membuat pemodelan seberapa besar tinggi tsunami dan berapa jauh sampai ke darat. "Ini tergantung pada banyak hal yaitu adanya penghalang atau tidak, bentuk topografi, banyak tumbuhan atau tidak, yang banyak mempengaruhi landaan ke darat. Kami juga sudah melakukan pemodelan untuk memprediksi gelombang tsunami yang akan muncul", tambahnya.

Dalam kurun waktu 27 tahun (1990-2017) di Indonesia setidaknya telah terjadi 166 gempa bumi merusak dan 16 kejadian diantaranya memicu terjadinya tsunami. Saat terjadi bencana geologi, Badan Geologi bekerjasama dengan BMKG, BNPB, BPBD dan Kementerian/Lembaga lain turut melakukan mitigasi bencana gempa/tsunami dengan mengirimkan Tim Tanggap Darurat ke lokasi bencana.

Selain upaya mitigasi diatas, Badan Geologi KESDM juga melakukan upaya mitigasi bencana dengan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, seperti dengan mendirikan bangunan di luar jangkauan terjangan tsunami dan mengetahui tata cara penyelamatan diri, membangun/mempertahankan hutan pantai dan gumuk pasir yang secara alamiah berfungsi sebagai pemecah gelombang atau membuat bangunan pemecah gelombang, membuat pelatihan tata cara menghindari tsunami, Perda Rencana Tata Ruang Wilayah berwawasan bencana tsunami dan sistem peringatan dini tsunami. (BAM)

Bagikan Ini!