Peringati Kemerdekaan RI, Inovasi Mesin Es Balok Berbasis PV Karya Mahasiswa UGM Juarai ESDM Energy Challenge 2020

Senin, 17 Agustus 2020 - Dibaca 512 kali

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

NOMOR: 254.Pers/04/SJI/2020

Tanggal: 17 Agustus 2020

Peringati Kemerdekaan RI, Inovasi Mesin Es Balok Berbasis PV Karya Mahasiswa UGM Juarai ESDM Energy Challenge 2020

Mengusung inovasi Desain Mesin ES Balok Berbasis Photovoltaic (PV), Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta akhirnya berhasil menyabet juara I program #ESDMChallenge2020 yang digelar oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Keberhasilan tim yang diketuai oleh Ifana Futramsyah ini semakin spesial karena bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-75.

"Selamat kepada Ifana dan tim atas keberhasilan menjadi pemenang pertama #EnergyChallenge2020. Inovasi, rencana aksi, dan bobot presentasi mereka dinilai memiliki keunggulan lebih dibandingkan tim lain. Meski begitu, proses penilaian ini tidak mudah, semua finalis mengusung ide-ide segar dan sangat aplikatif di sektor ESDM," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM di Jakarta, Senin (17/8).

Tim yang beranggotakan Ifana Futramsyah, Muhammad Fahriza dan Najmuna Rathri Lakshita ini berhasil mengalahkan perwakilan dari 10 finalis. Mereka mengungguli inovasi mahasiswa Universitas Airlangga, yakni Pengaplikasian EBT guna Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat desa Ko'ol, Bangkalan yang menempati juara II dan inovasi E-PYMISO (Eco Friendly Pyrolisis Plastic Waste by Microhydro and Solar Energy) dari Universitas Pembangunan Nasional 'Veteran' Yogyakarta yang menjadi juara III.

Agung melanjutkan, pelaksanaan program #ESDMChallenge2020 ini merupakan kali diselenggarakan oleh Kementerian ESDM guna menjawab berbagai tantangan di sektor ESDM. "Sengaja kami libatkan generasi milenial untuk membangun awareness (kesadaran) mereka di sektor ESDM. Masih banyak tantangan terutama penyiapan akses dan infrastuktur energi oleh Pemerintah terutama di remote area," ungkapnya.

Hal ini sejalan dengan ide yang diusung oleh Ifana untuk membantu perekonomian masyarakat Syota, Desa Klis, Pulau Moa di Maluku Barat Daya (MBD). Tergolong sebagai wilayah terpencil, pengembangan mesin es balok berbasis PV dinilai dapat meningkatkan produktivitas perekonomian setempat di sektor perikanan. Pengembangan inovasi ini berawal dari riset yang dilakukan oleh Tim Kuliah Kerja Nyata Program Pengembangan Masyarakat (KKN PPM) UGM di tahun 2019 yang menyebutkan, tingginya produktivitas penangkapan ikan tidak sebanding dengan penyediaan mesin pendingin dan minimnya distribusi ikan.

Dalam paparannya, Ifana menyebutkan potensi perikanan di Kabupten MBD dinilai sangat besar sebagai lumbung ikan nasional. Rata-rata jumlah tangkapan ikan di tahun 2015 sebesar 1.067 dengan nilai produksi sebesar Rp16,005 miliar/tahun. "Butuh perbandingan jumlah es balok dan ikan 2:1, makanya perlu pengembangan teknologi microgrid berbasis EBT," kata Ifana.

Ifana menguraikan proses sistem kerja dari mesin es balok berbasis PV. Pertama, mengonversi energi surya menjadi listrik untuk daya suplai sistem. Selanjutnya air laut sebagai bahan baku es dipompa menuju mesin filter untuk menghilangkan zat-zat pengotor. Terakhir, air dari hasil filterasi akan dibuat menjadi es balok. "Kami sudah melakukan perhitungan beban sistem. Beban utama dari mesin es balok sebesar 309 Kilo Watt Hour (kWh) per hari dan beban tambahan dari pompa air dan lampu LED 1,81 kWh/hari untuk opersional 12 jam," bebernya.

Menurut mahasiwa jurusan teknik fisika ini, untuk mengopersikan suplai listrik sekitar 312 kWh dengan efisiensi 60% dan biaya Rp380 per kWh dibutuhkan 258 panel surya (asumsi lifetime PV 25 tahun) dengan kapasitas 500 Watt Peak (Wp). "Kami juga melakukan design master plan untuk pengaplikasian ide kami di Dusun Nelayan Syota, Klis dengan kebutuhan dana sebesar Rp2,643 milair," kata Ifana.

Guna mengoptimalkan inovasi tersebut, mahasiswa jurusan akan menciptakan kolaborasi antarinstansi dan kelembagaan, seperti SKPT Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Kabupaten MBD, Japan International Cooperation Agency, Universitas Gadjah Mada, dan tentunya Kementerian ESDM sendiri melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terabrukan dan Konservasi Energi (EBTKE).

"Kami akan integrasikan dengan program KKP yang pengelolaannya melalui Badan Usaha Milik Desa dan Kelompok Nelayan didampingi universitas dan dinas terkait.Program ini akan direncankan dalam kurun waktu 5 tahun, mulai dari pembuatan master plan di tahun 2021 hingga mencapai scalling up di tahun 2025," jelas Ifana.

Pengembangan teknologi microgrid berbasis kelistrikan sendiri merupakan salah satu upaya Pemerintah dalam menyediakan akses listrik skala kecil berbasis hybrid dari Energi Baru Terbarukan (EBT) di wilayah terpencil. Keberadaan pembangkit listrik tenaga hybrid ini akan dimanfaatkan menjadi penggerak aktivitas klaster ekonomi maritim.

"Ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang mandiri, kuat, dan maju berbasis kepentingan nasional. Menteri ESDM juga terus mendorong agar bisa memanfaatkan sumber energi lokal sehingga bisa menjaga ketahanan energi dan membangun struktur ekonomi masyarakat setempat," tutup Agung. (NA)

Bagikan Ini!