Peran Serta Masyarakat Kunci Penting Keberhasilan Era Kebangkitan Energi Nasional Tahap ke II
'Pada DSM maka peran masyarakat menjadi sangat penting dalam menentukan keberhasilan pengelolaan energi nasional,'' ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro saat memberikan sambutan pada acara Dialog Interaktif Sosialisasi Penggunaan Bahan Bakar Gas Sebagai Pengganti Minyak Tanah yang diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan Departemen ESDM.
Acara yang berlangsung hari Rabu pagi (23/8) di Auditorium gedung Departemen ESDM itu bertindak sebagai pembicara adalah Kepala Badan Litbang Departemen ESDM Neny Sri Utami dan Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Teknologi dan SDM Evita Herawati Legowo. Selain diskusi acara juga diisi dengan demo pemanfaatan elpiji, gas kota (senji) dan briket batubara.
Menurut Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro pada pengelolaan energi yang menekankan DSM maka peran masyarakat sebagai konsumen menjadi strategis. Masyarakat yang mengkonsumsi energi akan menentukan besaran atau volume energi yang dibutuhkan. Sehingga perlu didorong kesadarannya untuk melakukan efisiensi dan deversifikasi pemanfaatan energi.
Diungkapkan dalam era Kebangkitan Energi Nasional Tahap ke II ini ketergantungan terhadap energi fosil (minyak dan gas bumi) akan semakin menyusut. Selain memang cadangan semakin terbatas, pemerintah juga mendorong pemanfaatan sumber-sumber energi alternative secara besar-besaran. Pada saat yang sama juga diperlukan pemakaian energi secara hemat dan efisien.
Diuraikan bahwa tahap I diawali pada tahun 1966 saat produksi migas terus mengalami kenaikan hingga puncaknya tahun 1977. ''Pada tahap I kita memang memiliki sumber migas yang cukup banyak. Namun, setelah tahun 1977 sebenarnya produksi migas kita mengalami penurunan,'' ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro. Untuk itulah upaya mengalihkan pemakaian energi dari migas ke sumber energi alternatif tak bisa ditunda-tunda lagi.
Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan untuk mendorong peran serta aktif masyarakat dalam program DSM dibutuhkan langkah sosialisasi tidak kenal lelah. ''Program DSM hanya akan berhasil kalau sosialisasi senantiasa dilakukan secara terus menerus,'' ujarnya. Ditekankan ibu-ibu yang memiliki peran penting dalam pemakaian energi di rumah tangga memiliki arti yang strategis dalam pengelolaan energi nasional yang berbasis DSM.
Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi dan SDM Evita H Legowo mengungkapkan betapa besarnya beban subsidi yang ditanggung negara dengan konsumsi minyak tanah. Untuk tahun 2006 subsidi minyak tanah mencapai Rp 41,7 Triliun. Ini terjadi karena minya tanah dipatok harga sebesar Rp 2.500 per liter, padahal biaya produksinya mencapai Rp 5.666 per liter. ''Untuk itulah betapa pentingnya pemakaian gas sebagai penganti minyak tanah,'' ujar Evita H Legowo.
Diuraikan oleh Evita secara teknis efisiensi bahan bakar gas seperti elpiji relatif lebih besar dibanding minyak tanah. Jika efisiensi elpiji mencapai sebesar 60 % dan gas kota sebesar 55%, maka minyak tanah efisiensinya sebesar 40 %. Untuk itu kini Badan Litbang Departemen ESDM terus melakukan inovasi untuk mendapatkan pola distribusi atau penjualan bahan bakar gas yang murah dan aman.
Bagikan Ini!