Kementerian ESDM Dorong Pengurangan Emisi GRK Penuhi Target Paris Agreement

Kamis, 3 Agustus 2017 - Dibaca 3159 kali

JAKARTA - Komitmen Indonesia dalam COP 21 pada bulan Desember 2016 di Paris yang kemudian dikenal sebagai Paris Agreement adalah untuk mereduksi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% pada tahun 2030 (tanpa bantuan asing). Di sektor energi, komitmen untuk mendukung target tersebut diwujudkan dengan menurunkan emisi GRK sebesar 314 - 398 juta ton CO2 pada tahun 2030.

Wakil Menteri Arcandra Tahar pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kamis (3/8) menjelaskan program Kementerian ESDM untuk mendukung komitmen Paris Agreement, yaitu salah satunya menargetkan penggunaan energi terbarukan (EBT) sebesar 23% di tahun 2025. "Program ESDM tahun 2025 adalah penggunaan EBT sebesar 23% (dalam energy mix), sekarang masih 7%. (Tahun) 2025 tinggal 8 tahun lagi, mungkinkah kita bisa mencapai 16-17%, kemarin kita baru tanda tangan 50-an pengembang, akan kita kejar terus", papar Arcandra.

Lebih lanjut Wamen Arcandra menjelaskan program utama Kementerian ESDM Untuk mendukung Kementerian LHK dalam mengurangi gas rumah kaca, di antaranya:

  1. Mencapai target bauran energi primer dari sumber EBT paling sedikit 23% pada tahun 2025 dan paling sedikit 31% pada tahun 2050.
  2. Memenuhi target produksi BBN/biofuel minimal tahun 2025 sebesar 15,6 juta kl dan 54,2 juta KL pada tahun 2050.
  3. Mewajibkan pemanfaatan teknologi energi batubara yang ramah lingkungan (Clean Coal Technology/CCT) dan efisiensi tinggi (Ultra Super Critical/USC) secara bertahap.
  4. Reklamasi lahan pasca tambang batubara.
  5. Moratorium pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) batubara di hutan alam primer dan lahan gambut.

Selain untuk mendukung peningkatan energi bersih, Wamen Arcandra juga menjelaskan program Kementerian ESDM melalui #EnergiBerkeadilan. Artinya bahwa energi harus adil untuk rakyat, adil untuk izin usaha dan adil untuk pertembuhan ekonomi, "Walaupun ini adil untuk semuanya, yg namanya lingkungan tidak boleh dirusak", tegas Arcandra.

Archandra menambahkan, saat ini beberapa program yang sedang dilakukan adalah:

  1. Di sektor kelistrikan, rasio elektrifikasi Indonesia saat ini 90%. Untuk mempercepat peningkatan rasio elektrifikasi, Kementerian ESDM memiliki program melistriki 2500 desa melalui home solar system, terutama untuk daerah Papua dan Papua Barat.
  2. Subsidi elpiji bukan subsidi harga. Harganya sama, tapi penerima subsidi akan diberikan subsidi lewat kartu.
  3. BBM satu harga. Di daerah terpencil BBMnya jauh lebih mahal dari kita yang di pulau Jawa, maka tahun ini dicanangkan BBM satu harga di50-an tempat.
  4. Konverter kit untuk nelayan. Apabila dahulu nelayan menggunakan BBM sekarang menggunakan gas elpiji 3 kg, melalui penggunaan konverter kit kepada nelayan.
  5. SPBU didorong menggunakan 1 nozzle gas, sebagai salah satu bentuk keberlanjutan pemanfaatan EBT yang berhubungan dengan lingkungan, mendorong industri untuk menggunakan gas.
(BAM)

Bagikan Ini!