Efisiensi Energi: Skenario Termurah Capai Target Kedaulatan Energi

Selasa, 26 Juli 2016 - Dibaca 1133 kali

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bekerja sama dengan Asia Pacific Energy Research Center (APERC) mengadakan diskusi membahas skenario menghadapi tantangan energi di negara-negara Asia Pacific Economy Cooperation (APEC), khususnya Indonesia. Tajuknya: "APEC Energy Demand and Supply Outlook".

Negara-negara APEC dinilai semakin berperan penting dalam memengaruhi tren global di sektor energi. Hasil penelitian APERC menyatakan terdapat tiga tantangan besar sektor energi, yakni: (1) tantangan memenuhi meningkatnya permintaan energi dan pendapatan dengan memanfaatkan teknologi terjangkau, (2) tantangan mengurangi emisi karbon dari sektor energi, serta (3) tantangan mengembangkan dan menerapkan teknologi baru untuk produksi energi.

Menjawab tantangan tersebut, APERC menawarkan empat skenario. Pertama adalah skenario business as usual yang disarankan untuk menghadapi tren tetap sektor energi hingga 2040. Sementara tiga skenario lain (alternative scenarios) diajukan untuk menghalau perubahan signifikan terhadap target dan kondisi sektor energi global.

"Rekomendasi APERC diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait sektor energi di Indonesia yang juga melihat perkembangan negara tetangga," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama, Sujatmiko, di Jakarta, Senin (25/7).

Cecilia Tam, Special Adviser APERC, menyatakan, "Kami mengajukan tiga skenario alternatif. Pertama, skenario meningkatkan efisiensi energi (improved efficiency scenario), mengingat Indonesia memiliki potensi menghemat permintaan energi sebesar 52 million ton oil equivalent (mtoe) hingga 2040.". Target penghematan energi bisa tercapai dengan penerapan regulasi ketat efisiensi energi, seperti regulasi untuk manajemen pelayanan energi dan regulasi audit program energi.

Alternatif kedua, imbuh Tam, high renewables scenario, lebih menekankan pada peningkatan pemanfataan energi baru-terbarukan (EBT) pada subsektor listrik dan transportasi. Skenario ini diprediksi dapat menghasilkan energi listrik sebesar 326 terra watt hour (TWh) hingga 2040.

Adapun skenario alternatif ketiga, alternative power mix scenario, menyarankan pengembangan kelistrikan dengan menggunakan berbagai sumber energi, seperti gas, batu bara bersih (clean coal), dan nuklir. Masing-masing sumber energi memberikan dampak beragam terhadap pengurangan emisi karbon dan pembentukan kedaulatan energi nasional.

"Dari ketiganya, menurut kami energy efficiency scenario adalah yang paling disarankan untuk meningkatkan ketahanan energi dan menghalau isu perubahan iklim," ujar Tam.

Penelitian oleh APERC ini juga memaparkan beberapa usulan bagi negara-negara APEC lainnya, antara lain:

  1. mempertajam regulasi pemanfaatan EBT guna mencapai target EBT dalam bauran energi sebesar 23% pada 2025;
  2. penerapan carbon capture storage untuk pemanfaatan clean coal, peningkatan gas alam, dan sumber energi nuklir demi mengurangi emisi karbon pada sumber energi listrik;
  3. investasi untuk penyediaan energi (diperkirakan USD661-1.684 miliar) dengan perlu mengangkat pula aspek keamanan energi;
  4. penetapan target di sektor energi dari negara-negara APEC perlu diselaraskan dengan tujuan perubahan iklim global yang masih memerlukan kolaborasi lebih lanjut.
Kementerian ESDM menanggapi positif usulan APERC tersebut dan akan menjadi pembahasan di internal kementerian.

Ditegaskan oleh Sujatmiko, "Kerjasama dengan APERC ini amat kami hargai. Usulan yang disampaikan akan menjadi perhatian dan pembahasan khusus di kementerian." (SA/DKD)



Bagikan Ini!