Dibayangi Laju Penurunan Produksi, Permintaan Minyak Dunia Tumbuh 1% per Tahun Hingga 2030

Kamis, 27 November 2008 - Dibaca 3946 kali

JAKARTA. Kendati masih memegang peran penting dalam memasok energi dunia, posisi minyak mentah mengalami perubahan mendasar. Harga ditandai dengan fluktuasi di level yang tinggi, sejumlah lapangan mengalami laju penurunan produksi, struktur pasar minyak berubah dengan semakin meningkatnya peran perusahaan nasional sementara permintaan masih terus mengalami peningkatan.

''Era minyak murah sudah lewat dengan ditandai fluktuasi diharga yang tinggi (mahal),'' ujar Direktur Eksekutif Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA) Nobuo Tanaka saat memaparkan World Energy Outlook 2008 di Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta, Jumat (20/11). Harga minyak yang lebih mahal menandai situasi pemanfaatan energi kini dan dimasa mendatang.

Berdasarkan Skenario Referensi IEA, permintaan minyak dunia meningkat 1% per tahun dari 85 juta barel per hari (bph) tahun 2006 menjadi 106 juta bph di tahun 2030. Peningkatan permintaan sebagian besar terjadi di negara non OECD. Lebih dari 45% peningkatan permintaan dari China, India dan Timur Tengah. Sedang negara OECD justru mengalami penurunan permintaan terutama untuk sektor non transportasi.

Sementara proyeksi produksi memperlihatkan terjadi peningkatan meski tipis. Jika tahun 2007 produksi minyak dunia sebesar 82 juta bph maka tahun 2030 diproyeksikan menjadi sekitar 104 juta bph. Sebagian besar produksi berasal dari negara OPEC, terutama kawasan Timur Tengah. Jika tahun 2007 kawasan ini menyumbang 44% produksi minyak dunia, maka tahun 2030 meningkat menjadi 51%. Sedang produksi minyak dari non OPEC mencapai plato dan diproyeksikan mulai menurun.

''Berdasarkan analisi kami kapasitas produksi minyak mengalami sensivitas yang tinggi di waktu-waktu mendatang akibat laju penurunan produksi lebih besar dibanding laju permintaan,'' ujar Nobuo Tanaka. Berdasarkan analisis terhadap sekitar 800 lapangan utama produksi minyak dunia, IEA memprediksi laju penurunan produksi mencapai 6,7 %. Sebagian besar terjadi di non OPEC. Selain mengalami laju pengurasan yang tinggi umumnya lapangan produksi minyak di non OPEC juga relatif lebih kecil.

Bagikan Ini!